REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kuncahyo Pambudi mengatakan, penerapan pembayaran non tunai bisa berlaku 100 persen pada akhir Oktober 2017. Menurut dia, akhir September ini sudah selesai 60 persen untuk yang cashless, sedangkan 40 persen hybrid.
''Kita bertahap pada akhir Oktober kita harapkan cashless sudah berlaku. Harapan 100 persen,'' ucap Kuncahyo, di Kantor Ombudsman RI, Jakarta, Rabu (27/9).
Ia menjelaskan, gerakan non tunai ini sudah disosialisasikan sejak tahun 2008 bersama dengan bank Mandiri. Mengenai adanya desakan agar tidak menolak uang fisik, Kuncahyo menegaskan telah mengantisipasi hal tersebut. Ia mencontohkan tol Semanggi 1 sudah lama non tunai.
Namun, kalau ingin bertransaksi secara tunai, bisa masuk di gerbang berikutnya. ''Masih ada peluang pilihan untuk pembayaran tunai. Jadi Insyaallah transaksi ini kita hadapi dengan baik,'' tegasnya.
Penerapan non tunai ini, lanjut dia, bisa menciptakan efisiensi. Sebab, selama ini setiap gardu setiap hari butuh 2 box mobil pecahan Rp 500 untuk kembalian. Karena menggunakan kelipatan Rp 1.000 tidak diperbolehkan.
Ia meminta kepada semua operator jalan tol mengutamakan pelayanan terhadap masyarakat. Kalau menggunakan pembayaran tunai, dibutuhkan waktu selama 5 detik. Transaksi dengan recehan pengembalian bisa 7 detik, sehingga total 12 detik. Sedangkan kalau tap non tunai, hanya membutuhkan 3 detik.
''Jadi kita mengurangi antrian. Karena kita di Jabodetabek hampir semua jalan tol itu volumenya sudah melebihi kapasitas. Jadi itu termasuk solusi yang sejalan dengan program BI,'' kata Kuncahyo.