REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Bogor, TB Luthfie Syam mengaku prihatin melihat ulah pelajar yang menenggak minuman keras hanya karena putus cinta pada Rabu (27/9) lalu. Ia beranggapan perlu adanya penguatan pendidikan karakter, moral dan akhlak siswa di kabupaten Bogor.
"Walaupun itu anak Madrasah Tsanawiyah (MTs) ya, dan bukan wewenang Disdik. Tapi saya perlu sebagai pendidik sangat prihatin. Ini musibah bagi dunia pendidikan," ungkap Luthfie saat dihubungi Republika, Ahad (1/10).
Adapun untuk pengawasan dan pencegahan yang terbaik, menurut dia, dapat dilakukan dengan penguatan diri dan mental siswa. Sebab, bukan hanya guru dan orang tua yang mendidik mentalitas seorang anak, melainkan aspek lingkungan juga berpengaruh.
"Artinya daya tahan anak mesti terus dibangun, dan yang paling penting. Karena kekuatan dia secara moral dan karakter yang bisa menangkal itu (perbuatan tidak baik)," jelas Luthfie.
Luthfie menerangkan, sekitar 90 persen masyarakat Kabupaten Bogor merupakan muslim. Oleh sebab itu, pihaknya meluncurkan program belajar Tarsyana (Tartil, syar'i dan nadham) sebagai bentuk penguatan karakter anak. Program Tarsyana tersebut, lanjut Lutfhie, telah disosialisasikan sejak tahun 2016, dan kini pihaknya sedang mengupayakan agar program tersebut dapat dilakukan disemua sekolah di kabupaten Bogor.
"Tarsyana itu metode untuk anak-anak dalam membaca Alquran. Kenapa penguatan dengan Al-Quran? Sebab ada banyak penelitian menyebutkan, anak yang bisa baca Alquran punya akhlak lebih bagus. Daya tahan lebih kuat," tegas Luthfie.
Sementara itu, Bupati Kabupaten Bogor, Nurhayanti menegaskan, Pemerintah Kabupaten Bogor akan segera menertibkan warung-warung jamu yang diduga menjual minuman keras. Hal itu akan dilakukan, mengingat semakin mudahnya siswa mendapat minuman haram tersebut.
"Warung jamunya rencananya akan ditertibkan," tegas Nurhayanti melalui pesan singkatnya kepada Republika, Ahad (1/10).