REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Keuangan Islam dinilai bisa jadi salah satu alat bantu pencapaian tujuan dalam Program Pembangunan PBB (UNDP). Di sisi lain, keuangan Islam juga punya tanggung jawab kontribusi terhadap lingkungan dan masyarakat.
Dalam forum pertemuan lembaga privat dan publik di sela Sidang Umum PBB beberapa waktu lalu, Bank Pembangunan Islam (IDB) bersama UNDP yang didukung Negara-Negara Organisasi Islam (OIC), melihat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030 membutuhkan sumber-sumber keuangan non tradisional. Sumber keuangan Islam dinilai sebagai sumber yang kuat untuk membantu pembangunan global.
Asisten Sekretaris Jenderal dan Kepala Biro Kebijakan dan Program Pendukung UNDP Magdy Martnez-Soliman menyatakan, kekurangan dana untuk mencapai tujuan SDGs mencapai 2,5 triliun dolar AS tiap tahunnya. Keuangan Islam bisa jadi instrumen yang membantu. Apalagi, sektor ini merupakan yang pertumbuhannya tercepat.
''Mempertimbangkan skala sektor ini yang diprediksi akan mencapai 3,5 triliun dolar AS pada 2021, saya bisa garis bawahi bahwa keuangan Islam akan sumber dana yang mempercepat pencapaian SDGs,'' ungkap Martinez-Soliman seperti dikutip Gulf Times beberapa waktu lalu.
IDB sendiri memiliki komitmen untuk itu. Sebagai realisasinya, IDB sudah membentuk forum Keuangan Syariah Global dan Kanal Investasi Berdampak (GIFIIP). Wakil Presiden IDB Sayed Aqa menyatakan, IDB punya komitmen kuat agar keuangan Islam berperan dalam pencapaian SDGs.
''Karena prinsip dasar keuangan Islam adalah memberi manfaat bagi lingungann dan masyarakat,'' kata Aqa.
GIFIIP akan berperan memediasi lembaga-lembaga keuangan syariah dalam ekosistem yang dibuat bersama. Forum ini juga akan lebih iklusif untuk inkubasi bisnis mengingat sebagian negara anggot OIC merupakan negara berpenghasilan rendah. Kerja sama IDB dengan UNDP sendiri sudah terjalin lebih dari 30 tahun. Selama itu, kolaborasi keduanya pernah berhasil mengumpulkan dana lebih dari 240 juta dolar AS selama 10 tahun untuk pengembangan program pertanian, listrik, dan rumah untuk warga Palestina. Pada 2015 lalu, keduanya juga bersama fokus mencapai SGDs melalui investasi berdampak dan pengentasan kemiskinan di sejumlah negara anggota kedua organisasi internasional itu.