REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam adalah agama minoritas terbesar di Austria dengan 4,22 persen populasi pada sensus 2001, setelah umat Katolik (73,6 persen), tidak beragama (12 persen), dan Protestan (4,7 persen). Ada sekitar 338.988 Muslim di Austria, yang memiliki populasi penduduk 8.032.926 orang.
Dilansir dari Euro Islam, Rabu (4/10), tercatat dari sekitar 4,22 persen tersebut, kelompok terbesar adalah keturunan Turki (134.210 orang Turki), diikuti oleh orang Bosnia (96.210 orang). Selama dekade terakhir, orang-orang Arab (10.123 orang) menjadi bagian besar populasi Muslim di Austria juga, terutama dari Mesir. Baru-baru ini, para ahli mengamati peningkatan konversi ke Islam di Austria.
Islam di Austria memiliki sejarah panjang, sejak tahun 1525 ketika sultan Ottoman mencoba menyerang kekaisaran Austria. Meskipun usaha ini gagal, Islam mempengaruhi budaya Austria secara signifikan, dan banyak orang Austria masuk Islam.
Dalam sejarah modern, imigrasi ke Austria, terutama dari Turki dan negara-negara Eropa Timur, meningkat setelah konferensi Berlin 1878, yang mengasimilasi populasi Islam ke Kekaisaran Austria-Hungaria, dan pendatang baru disambut oleh pihak berwenang, yang memberi mereka jumlah maksimum kebebasan beragama. Setelah Perang Dunia Kedua, gelombang baru imigran Muslim tiba di Austria untuk menjadi buruh yang membantu merekonstruksi negara.
Setelah 1964, "pekerja tamu" datang, khususnya dari Turki, Bosnia dan Herzegovina, dan Serbia, serta dari negara-negara Arab dan Pakistan, yang berjumlah sedikit. Juga matrikulasi siswa dari negara-negara Muslim meningkat di universitas-universitas di Austria.
Selama tahun 1970an, imigrasi meningkat sebagai akibat dari ledakan ekonomi. Tercatat pada tahun 1971, sebanyak 0,3 persen warga tercatat resmi sebagai muslim. Gelombang terakhir imigran Muslim tiba di awal 1990an dari Yugoslavia. Pada tahun 1991, populasi muslim meningkat menjadi 2 persen.