REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pusat Islam pertama di Austria dibangun pada tahun 1968. Dewan Perwaliannya dibentuk di bawah kepemimpinan Hassan Al-Tuhamiy, duta besar Mesir untuk Austria pada saat itu, yang kemudian menjadi sekretaris jenderal Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Pusat ini diresmikan pada bulan November 1977 dan telah memainkan peran penting dalam pengajaran agama Muslim di Austria. Institusi pendidikan Islam lainnya termasuk Akademi Islam di Wina, didirikan pada tahun 1998, dan Lembaga Al-Azhar di Wina, didirikan pada tahun 2000.
Ada berbagai asosiasi Islam yang disponsori oleh berbagai negara Muslim. Namun, kegiatan serikat non-negara, terbatas pada kegiatan keagamaan dan pendidikan, dan struktur kelembagaan mereka tidak mencakup mekanisme tindakan politik. Diantaranya beberapa organisasi Turki, tergabung dalam "Federation of Turkish-Islamic Associations" yang dikuasai oleh Direktorat Urusan Agama.
Praktik menjalankan syariah Islam pun meningkat perlahan. Sebelumnya tidak terdapat kontroversi dalam pemakaian jilbab untuk wanita Muslim di Austria. Pemotongan hewan halal dibatasi oleh pemerintah negara bagian sampai tahun 1998, hingga pengadilan federal mengamanatkan bahwa praktik tersebut dilindungi oleh jaminan kebebasan beragama di Austria.
Untuk lokasi ibadah, secara keseluruhan terdapat 150 mushola di Austria, sedangkan 60 Masjid berada di Wina. Ruang praktik keagamaan ini juga memiliki peran sosial yang signifikan. Seringkali, tempat sholat berada di "halaman belakang" dan rumah-rumah tua dan oleh karena itu tidak terlihat di depan umum.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, umat Islam mulai pindah dari tempat-tempat tersembunyi ini. Contoh yang menonjol adalah pembangunan pusat kebudayaan Masjid di Pelzgasse Wina, yang didukung oleh Turkish Union. Sebuah pemakaman Islam seluas 34 ribu km persegi juga telah dibangun di Wina.