REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inisiator Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) Arif Budi Prakoso menyebutkan, apa yang dijanjikan dari kepemimpinan Setya Novanto saat ini justru menunjukkan kebalikannya. Kepemimpinan Setya Novanto, kata dia, menjanjikan harapan bagi perbaikan dan perubajan karakteristik partai.
"Yang berlandaskan ideologi kekaryaan sebagai titik tolak kebangkitan, kejayaan, dan kewenangan tidak terwujud," kata Arif dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/10).
Saat ini, ujar Arif kepemimpinan Setya Novanto malah justru memunculkan anomali-anomali yang bertolak-belakang dengan tujuan awal, janji dan harapan yang diemban kepadanya. Pengelolaan partai yang cenderung sentralistik, otoritarian, dan eksklusif, menurut dia, seakan menampilkan wajah lama yang belum juga sirna.
"Berbagai kegiatan tidak lebih sekadar seremoni tanpa substansi dan signifikansi bagi peningkatan elektoral. Kerja-kerja kepartaian cenderung tumpang-tindih dan rapuh tanpa landasan konstitusional yang jelas," ungkap Arif.
Arif menuturkan, bukan cerita baru jika hingga saat ini partai Golkar belum memiliki AD/ART yang disepakati bersama dan disahkan sebagai landasan yang sah. Ditambah lagi, dengan citra negatif masyarakat atas Setya Novanto.
"Yang seolah-olah simbol tokoh yang tak pernah bisa disentuh oleh hukum menambah deretan masalah yang memperburuk citra partai Golkar," kata dia.
Arif pun menyebutkan beberapa kasus yang melibatkan peran Setya Novanto dan ia berhasil lolos. Kasus seperti Cassie PT Bank Bali, penyelundupan beras dari Virtnam, penyelundupan limbah B3, korupsi PON Riau, dan terakhir KTP-el.
"Eksistensi partai Golkar sebagai pelindung dan rumah nyaman bagi koruptor menjadi stigma di masyarakat," terang dia.