REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Dua partai politik Palestina, Hamas dan Fatah menandatangani sebuah kesepakatan rekonsiliasi di ibu kota Mesir, Kairo, pada Kamis, (12/10).
Ini merupakan bagian dari usaha untuk mengakhiri keretakan satu dekade di Palestina tersebut. Pengumuman kesepakatan rekonsiliasi tersebut disampaikan setelah perwakilan Hamas dan Otoritas Palestina yang dipimpin Fatah melaksanakan sebuah kesepakatan persatuan yang ditandatangani pada 2011 namun belum diberlakukan.
Kepala Delegasi Otoritas Palestina Azzam al-Ahmad mengatakan, kedua pihak sepakat bahwa perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza akan dioperasikan oleh para penjaga Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas pada 1 November.
"Menurut langkah-langkah keamanan yang akan diterapkan dan diadopsi oleh Otoritas Palestina, para penjaga presiden akan tersebar di seluruh perbatasan," kata Al-Ahmad.
Di bawah instruksi Abbas, jelas Al-Ahmad, baik Fatah maupun Hamas tidak akan kembali ke wilayah Palestina yang diduduki Israel kecuali mereka memiliki kesepakatan akhir yang akan mengesampingkan keretakan selamanya untuk mewujudkan impian Palestina.
Impian negara Palestina adalah memiliki sebuah negara Palestina yang independen dan berdaulat dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota. Wakil Kepala Kantor Politik Hamas, Saleh al-Arouri mengatakan, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada Mesir atas perannya yang stabil. "Masalah Palestina adalah masalah Mesir," katanya.