REPUBLIKA.CO.ID, Simbol bulan dan bintang sangat populer dan dianggap sebagai simbol Islami. Simbol tersebut sering dijumpai pada menara atau kubah, lambang partai Islam Indonesia atau bendera beberapa negara Muslim seperti Turki dan Aljazair. Namun, banyak orang yang tidak mengetahui latar belakang kedua simbol tersebut dapat menjadi identitas keislaman.
Pada dasarnya, Islam tidak pernah mempunyai keterkaitan dengan simbol apapun. Simbol bulan dan bintang mulanya digunakan oleh Kesultanan Turki Utsmani sekitar abad ke-10 (923-1342 H/1517-1923 M) sebagai simbol resmi kesultanan. Simbol ini awal tujuannya adalah politik dan tidak berhubungan dengan ajaran agama. Pada masa kejayaanya, pemerintahan Turki Utsmani berhasil melakukan ekspansi wilayah Islam, terutama ke kawasa Eropa Timur.
Saat itu wilayah Hungaria berhasil ditaklukan, di antaranya Beograd (Yugoslavia), Albania, Yunani, Rumania, Serbia, dan Bulgaria. Selain kekuasaan tersebut, mereka juga melebarkan kekuasaan ke kawasan timur wilayah Islam. Salah satu goresan sejarah paling agung yang berhasil dilakukan oleh Turki Utsmani adalah ditaklukannya Konstantinopel, ibu kota imperium Romawi,
Dikutip dari buku Khazanah Peradaban Islam karya Tata Septayuda Purnama, pada masa kekuasaan Sultan Muhammad II (Sultan VII Turki Utsmani) setelah menaklukan Konstatinopel pada tahun 1453. Kota Romawi Timur tersebut merupakan bagian dari kekaisaran Byzantium, negara superpower yang kala itu menetapkan Kristen sebagai agama resmi negara.
Lambang kotanya adalah bulan dan bintang. Setelah Turki menaklukan Konstantinopel, Muhammad II mengadopsi simbol tersebut menjadi bendera Turki Utsmani. Nama Konstantinopel pun diganti dengan Istanbul.
"Sebelumnya bendera Turki Utsmani hanya segitiga sama kaki dengan kedua kakinya melengkung dan berwarna merah. Setelah dimodifikasi, bagian tengah bendera ditambahi gambar bulan dan bintang berwarna putih," kata Tata yang ditulisnya dalam buku tersebut.
Pada tahun 1844, bentuk bendera diubah menjadi segi empat dan kembali mengalami modifikasi tahun1922. Dalam konstitusi tahun 1936 (setelah runtuhnya Turki Utsmani) bendera tersebut ditetapkan menjadi bendera resmi Turki modern dengan sedikit perbedaan yaitu, bintang dan bulan sabitnya lebih dilansingkan.
Sejak digunakan oleh kekaisaran Turki Utsmani, bendera bulan sabit menjadi bendera resmi umat Islam yang berada di Wilayah kekuasaannya yang luas. Wajar jika lambang tersebut sangat melekat di hati umat Islam dari ujung barat Maroko hingga ujung timur Merauke.
Inilah lambang yang pernah dimiliki umat Islam secara bersama. Selanjutnya lambang ini seolah menjadi lambang resmi umat Islam yang selalu muncul di kubah-kubah masjid. Bahkan di Indonesia banyak institusi umat Islam menggunakan lambang ini sebagai identitas, seperti Masyumi di masa lalu. Di zaman reformasi, muncul pula partai berasaskan Islam yang mengadopsi lambang bulan bintang.