REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, hari ini secara resmi sudah tidak lagi menjadi orang nomor satu di Jakarta. Pada Ahad (15/10), dilakukan serangkaian seremoni pelepasan jabatan Gubernur DKI Jakarta.
Pukul 08.00 WIB, Djarot beserta istri dan rombongan memasuki kawasan Balaikota Jakarta. Diantar menggunakan mobil berwarna putih, Djarot turun tepat di Jalan Medan Merdeka Selatan di depan Gedung Balaikota. Dengan berjalan kaki, Djarot dan istri bergerak menuju pendopo Balaikota.
Kedatangan Djarot dan istri disambut meriah oleh warga dan pendukung Djarot yang telah menunggu. Tak perlu berlama-lama, Djarot langsung bergabung dan ikut bernyanyi dengan Band Koes Plus yang telah menghibur masyarakat terlebih dahulu. Sebanyak dua lagu dinyanyikan sebelum masuk ke dalam pendopo untuk acara selanjutnya.
Di dalam pendopo Balaikota telah menunggu sejumlah pejabat daerah untuk berfoto bersama dengan Djarot Saiful Hidayat dan istri. Lebih dari 20 pejabat hadir dan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Setelah sesi berfoto dilakukan, Djarot bergerak kembali ke arah depan pendopo untuk mengucapkan sambutan terakhirnya di hadapan masyarakat, pendukung serta media. Dalam sambutannya Djarot menyatakan rasa terima kasihnya atas terselenggaranya acara perpisahan dipandangnya meriah.
"Acaranya meriah, keren, dan saya bangga. Saya bangga menjadi satu bagian dari perjalanan memimpin Jakarta selama lima tahun. Ada kebanggaan dan keharuan tersendiri. Kebanggaan ini saya rasakan karena apa yang telah dikerjakan benar-benar diapresiasi oleh masyarakat dan keluarga besar dari pegawai pemerintah Provinsi Jakarta," ucap Djarot.
Djarot merasa bersyukur dan terharu karena menjelang berakhirnya masa jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta, ratusan rangkaian bunga dikirimkan ke Balaikota. Selain itu banyak pula warga yang datang ke Balaikota dan bertemu dengan Djarot mengatakan bahwa apa yang telah dilakukan Djarot dalam masa kepemimpinannya adalah hal yang benar.
"Saya berharap jalan yang sudah baik dan benar ini bisa diteruskan oleh kepemimpinan selanjutnya. Ini adalah aplikasi yang benar dari nilai Pancasila. Dalam membikin program lepaskan dari kepentingan pribadi, kelompok, golongan, bahkan partai politik. Fokuslah pada kepentingan rakyat," lanjut Djarot.
Djarot kemudian menyatakan tidak ada duka yang berlebih dalam bertugas. Dia merasa suka dengan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya dan menganggap segala masalah yang datang adalah bentuk tanggung jawabnya.
Diaa lalu bercanda menyatakan dirinya pernah merasa kesal diikuti dan ditanyai oleh media. Pertanyaan yang dilontarkan oleh media menurutnya beragam dan terkadang memusingkan.
Untuk selanjutnya Djarot berkata akan menikmati masa-masa istirahatnya dengan baik. Dia berencana untuk berlibur dengan istri ke Labuan Bajo. Termasuk berencana untuk menjenguk Ahok karena telah lama belum berkunjung.
Untuk masyarakat, Djarot berpesan agar tetap optimistis terhadap kepemimpinan yang baru. Gubernur dan wakilnya dinilainya merupakan orang yang mampu menyelesaikan permasalahan Jakarta.
"Tetap dukung pemimpin yang baru. Harus optimis bahwa mereka bisa. Dalam hidup itu harus optimis. Namun selain itu tetap lakukan pengawalan atas kepemimpinan Gubernur yang baru. Saya minta masyarakat untuk dukung dan kawal," pesan Djarot untuk masyarakat DKI Jakarta.
Terakhir Djarot meminta kepada pejabat daerah dan pemimpin yang baru untuk meneruskan sistem yang telah ada. Yaitu sistem yang penuh transparansi dan mementingkan kepentingan masyarakat terlebih dahulu.
"Zaman gelap gulita itu sudah berlalu. Mari membangun suatu sistem yang transparan yang merupakan jalan lurus dan terang benderang," tandas Djarot.
Acara pelepasan kemudian diakhiri dengan dilakukannya atraksi palang pintu khas Betawi. Dan setelahnya diadakan arak-arakan Djarot beserta istri dan jajaran pemimpin daerah. Acara arak-arakan menggunakan kereta kencana dan diikuti oleh sembilan delman yang diisi oleh pemimpin daerah DKI Jakarta. Arak-arakan dilakukan dari Gedung Balaikota menuju Gedung Joang di Menteng, Jakarta.