REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu ketika, Ali bin Fudhail ingin me laksanakan tawaf. Tiba-tiba, dia melihat Ats Tsauri sedang bersujud. Fudhail menyegerakan tawafnya. Sufyan masih belum mengangkat kepalanya dari sujud. Suatu ketika, Ibnu Wahab juga melihat dia sedang melaksanakan shalat sunah usai Maghrib. Sampai azan Isya berkumandang, dia masih meletakkan kepala nya di tempat sujud, hingga mereka meng ajaknya untuk shalat Isya.
Sufyan pun selalu terlihat menangis di saat menjadi imam dan membaca surah al-fatihah sampai pada ayat Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in (Hanya kepadamu kami menyembah dan meminta pertolongan). Tangisan itu membuatnya harus mengulang bacaan surat pembuka tersebut.
Dia juga menangis ketika melihat sebongkah tanah yang khawatir akan dosa dan imannya tidak sampai hingga meninggal dunia. Sufyan juga selalu menasihati agar hidup berkucukupan. Karangan dia yang paling dikenal adalah Tafsir Alquran, salah satu yang paling awal dalam genre ini.
Beberapa karyanya dicetak oleh Imtiyaz Ali 'Arsyi pada 1965. Tafsir Tabari banyak mengutip penjelasan Sufyan. Karya mengenai ilmu Islam yang terkenal adalah Al-Jami'ul Kabir fil Fiqhi wal Ikhtilaf, Al-Jami'us Shaghir, dan Kitabut Tafsir. n ed: erdy nasrul
Beberapa Nasihat Sufyan kepada Saudaranya
Jika engkau melihat seorang ulama penjilat penguasa maka ketauhilah se sungguhnya dia pencuri. Imam yang adil itu ada lima: Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan Umar bin Abdul Aziz.
Dari Yahya bin Yaman, Sufyan Ats Tsauri berkata, "Harta adalah penyakit umat ini. Penyembuhnya adalah orang alim. Jika penyakit ini ada pada diri se orang alim maka kapan dia akan me nyelamatkan manusia."
Dari Abu Hisyam, dari Waqi', Sufyan Tsauriy berkata, Zuhud bukan mema kan sesuatu yang kasar atau memakai pakaian yang kasar, akan tetapi yang dinamakan zuhud adalah sedikit angan-angan dan merasa dibayang-bayangi kematian. Dari Yahya al-Qatthan, Sufyan Tsauri bekata, Sesungguhnya sejelek-jelek manusia adalah yang mencari dunia de ngan amalan akhirat.
Ulama sepakat bahwa Sufyan wafat di Basrah pada 161 Hijriyah. Demikian juga dengan muridnya, Yahya al-Qathan, berkata Sufyan meninggal pada tahun tersebut. Abudurrahman bin Mahdi ber ka ta, Ketika Sufyan meninggal, kami mem bawa jasadnya kepada pengua sa, kami tidak menghiraukan malam dan siang. Aku mendengar penguasa itu ber kata, 'Pelindung telah pergi pelin dung telah pergi," ujar Mahdi.