Rabu 25 Oct 2017 15:00 WIB

BEI Tetapkan Asumsi Rata-Rata Transaksi Harian Rp 9 Triliun

Red: Nur Aini
Seorang pria melintas di sekitar papan elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (23/10). Pada perdagangan Senin (23/10) kapitalisasi pasar BEI berhasil mencatatkan rekor tertingginya, yaitu sebesar Rp6.602,7 triliun.
Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara
Seorang pria melintas di sekitar papan elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (23/10). Pada perdagangan Senin (23/10) kapitalisasi pasar BEI berhasil mencatatkan rekor tertingginya, yaitu sebesar Rp6.602,7 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2018 Bursa Efek Indonesia (BEI) menetapkan asumsi rata-rata nilai transaksi harian sebesar Rp 9 triliun atau meningkat dibandingkan RKAT 2017 sebesar Rp 7,75 triliun.

"Penetapan asumsi rata-rata nilai transaksi harian itu didasarkan pada beberapa asumsi yakni optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia," papar Direktur Utama BEI Tito Sulistio usai penjabaran RKAT 2018 dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta, Rabu.

Selain itu, kata dia, penetapan asumsi itu juga seiring dengan meningkatnya eksposure kenaikan peringkat investasi Indonesia menjadi layak investasi (investment grade) dari lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P), potensi peningkatan jumlah investor baru, dan aktivitas IPO perusahaan, serta optimalisasi produk bursa seperti LQ45 Futures dan Indonesia Government Bond Futures. "Asumsi kenaikan rata-rata nilai transaksi harian pada 2018 nantinya juga dipengaruhi oleh mulai beroperasinya PT Pendanaan Efek Indonesia," ucapnya.

Tito Sulistio menjelaskan bahwa serangkaian inisiatif itu akan direalisasikan dengan mempertimbangkan beberapa asumsi indikator makroekonomi oleh BEI, yakni pertumbuhan ekonomi di tahun depan berada pada 5,4 persen dengan laju inflasi di kisaran 3,5 persen dengan deviasi 1 persen.

Kemudian, kata dia, suku bunga acuan Bank Indonesia (7-day Repo Rate) diperkirakan berada di level 4,25 persen, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada level Rp 13.400, serta peningkatan investasi dari kalangan pemodal baik lokal dan luar negeri yang akan memperbaiki neraca pembayaran.

Dalam kesempatan itu, Tito Sulistio juga menyampaikan bahwa secara berkesinambungan, pihaknya akan memperkuat Anggota Bursa (perusahaan sekuritas) dalam meningkatkan jumlah Investor. "Dalam rangka meningkatkan partisipasi investor, BEI bersama AB akan terus melaksanakan serangkaian kegiatan di seluruh Indonesia dalam rangka kampanye 'Yuk Nabung Saham', serta mewujudkan keberadaan 34 Kantor Perwakilan di 34 Provinsi dan 400 Galeri Investasi Bursa di berbagai Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia," tuturnya.

Dari sisi pengembangan AB, ia mengungkapkan, BEI berkoordinasi dengan The Indonesia Capital Market Institute (TICMI) dalam rangka memberikan pelatihan dan edukasi untuk meningkatkan kompetensi dan jumlah karyawan Anggota Bursa yang berlisensi Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE), Wakil Penjamin Emisi Efek (WPEE), dan Wakil Manajer Investasi (WMI).

Selain itu, ia mengemukakan bahwa BEI juga akan melanjutkan rencana kerja percepatan siklus penyelesaian transaksi dari "T+3" (tiga hari setelah transaksi) menjadi "T+2" (dua hari setelah transaksi) yang diharapkan dapat meningkatkan likuiditas perdagangan di Bursa.

Dalam RKAT 2018 juga disampaikan, BEI memproyeksikan total pendapatan yang akan diperoleh sebesar Rp1,07 triliun atau meningkat 12,81 persen dibandingkan RKAT 2017 senilai Rp 949,74 miliar. "Peningkatan proyeksi itu disebabkan perkiraan adanya penambahan pada pos pendapatan usaha sebesar 14,39 persen. Sementara perolehan laba bersih BEI pada 2018 sebesar Rp 100,38 miliar," kata Tito Sulistio

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement