REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring berkembangnya Islam di Haiti, tak sedikit Muslim yang lalu-lalang di jalanan Port-au-Prince. Mengikuti sunatullah, Muslim Haiti juga berpenampilan khas seperti Muslim pada umumnya. Para pria memelihara janggut dan berpeci. Sementara Muslimahnya tampil dengan busana serba tertutup dengan balutan hijab.
Beberapa tahun lalu, seorang Muslim berhasil menduduki kursi parlemen. Dia adalah Nawoon Marcellus, yang tercatat sebagai Muslim pertama di Haiti yang menjadi anggota parlemen.
"Saya kembali ke Haiti dengan tujuan hanya untuk mendakwahkan Islam," kata pria yang kini bernama Abdul al-Ali ini.
Sebelum menjadi politikus, Abdul dikenal sebagai imam Masjid al-Fatihah. Ia pertama kali mengenal Islam ketika berada di Kanada. Sepulang dari Kanada, ia berinisiatif membeli sebuah lahan untuk mendirikan masjid pada 1993.
Abdul menilai, Islam dapat membantu membebaskan masyarakat Haiti dari keterpurukan dan kemiskinan. "Masyarakat Haiti harus mengetahui kebenaran dan Islam akan membawa mereka kepada kebenaran. Jika kita mengikuti Allah, saya yakin ini bisa mengubah segalanya," ujar Abdul.
Yacine Khelladi, ekonom asal Aljazair yang melakukan penelitian di Haiti menilai, Islam bisa mengatasi banyak masalah Haiti seperti keadilan sosial, pendidikan, dan lainnya.
"Islam bahkan mampu mengatur urusan bisnis, sengketa tanah, dan perbankan," kata Yacine.