REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh anti perbudakan Haiti yang terinspirasi pandangan Islam terhadap perbudakan adalah Dutty Boukman. Ia juga berhasil menginspirasi budak lainnya untuk bangkit melawan penjajah.
Imam Masjid Delmas Samaki Foussoyni mengatakan, Boukman adalah seorang Muslim. "Ia tidak pernah mempraktikkan voodoo seperti yang dikatakan banyak orang," kata Samaki.
Kini, pertumbuhan Islam di Haiti jadi buah bibir banyak orang. Statistik terbaru yang dilaporkan Alexander Gregory menyebutkan, terjadi peningkatan umat Islam sebanyak 5.000 orang pascagempa yang melanda Haiti pada 2010. Lima tahun kemudian, jumlah Muslim di Haiti melonjak tajam.
Agama yang rahmatan lil alamin cukup menarik perhatian para profesional dan intelektual. Tak terkecuali politikus Jeanty Jean William, yang tampak selalu mengenakan kopiah putih ketika hadir dalam sesi rapat di parlemen.
Di pusat kota Port-au-Prince kini sudah berdiri belasan masjid. Ada pula masjid di beberapa kota provinsi seperti Miragoane, Gonaïves, Cap-Haitien, Jeremie, Marchand, dan Cayes.
Muslim juga mendirikan dua sekolah Islam dan sebuah panti asuhan di Haiti. Sekitar 120 anak dari keluarga Muslim terdaftar sebagai siswa di sekolah dasar Islam itu. "Katolik dan Protestan memiliki sekolah, kami pun memiliki sekolah Islam," ujar Esdra, direktur salah satu sekolah Islam tersebut.
Di sekolah ini, para siswa diajarkan tentang agama Islam, bahasa Arab, juga tentang Allah. Siswa laki-laki mengenakan celana panjang dan siswa perempuan mengenakan pakaian tertutup dan hijab. Menurut pejabat setempat, sekitar lima persen guru di sekolah-sekolah Haiti adalah Muslim.
Meski telah cukup lama hadir di negeri ini, Islam belum mendapatkan pengakuan sebagai agama resmi di Haiti. Bahkan, belum ada undang-undang yang mengatur tentang pelaksanaan ibadah umat Islam. Kendati demikian, Muslim Haiti tetap leluasa melaksanakan ajaran agama mereka.