Jumat 03 Nov 2017 01:26 WIB

Tumbuh 5,5 Persen, Produksi Industri Nasional Kian Agresif

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Budi Raharjo
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kinerja industri nasional semakin agresif dengan pertumbuhan produksi yang positif pada kuartal III 2017. Capaian ini perlu terus dijaga oleh semua pihak agar sektor manufaktur ke depannya dapat konsisten menjadi kontributor terbesar bagi perekonomian nasional.

Saat ini, industri manufaktur mendapatkan momentum yang baik guna memperdalam strukturnya.

"Untuk itu, dibutuhkan dukungan dari sektor lainnya, seperti perbaikan infrastruktur energi dan sistem

logistik yang mampu mendongkrak daya saing," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui siaran pers, Kamis (2/11).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) sebesar 5,51 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III/2017. Angka ini lebih tinggi dibanding kuartal II/2017 sebesar 3,89 persen dan periode yang sama tahun lalu sebesar 4,87 persen. Pertumbuhan produksi IBS tersebut menjadi yang tertinggi sejak kuartal I/2015.

Perbaikan kinerja sektor IBS ditopang oleh pertumbuhan industri logam dasar sebesar 11,97 persen dengan kontribusi terhadap total pertumbuhan produksi sekitar 0,28 persen. Kemudian, industri makanan dan minuman menyumbangkan pertumbuhan masing-masing 9,24 persen dan 3,4 persen. Sumbangsih kedua sektor ini mencapai 27,13 persen terhadap total pertumbuhan produksi.

Airlangga mengatakan, Kenaikan pertumbuhan juga dicatat oleh industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar 9,30 persen, selanjutnya diikuti industri bahan logam, bukan mesin, dan peralatannya sebesar 8,82 persen. Menperin menegaskan, pihaknya terus menggenjot kinerja industri yang pertumbuhannya cukup tinggi di atas pertumbuhan ekonomi nasional tersebut.

Pasalnya, sektor-sektor ini tergolong manufaktur yang padat karya berorientasi ekspor. Misalnya, industri makanan dan minuman. Pemain di sektor ini sudah banyak, mulai dari tingkat kabupaten/kota sampai global market, ujarnya.

Selain itu, Kementerian Perindustrian fokus mendorong program hilirisasi industri berbasis sektor agro

dan tambang mineral. Upaya ini terbukti membawa peningkatan pada nilai tambah produk, investasi,

serapan tenaga kerja, dan penerimaan devisa. Kami juga memacu industri otomotif. Sektor ini sekarang

tidak hanya sebagai basis produksi di dalam negeri, tetapi basis ekspor untuk negara lain, imbuhnya.

Di industri kecil dan menengah (IKM), menurut data BPS, pertumbuhan produksi sektor ini sebesar 5,34

persen (yoy) pada kuartal III/2017. Capaian ini naik sekitar 0,66 persen jika dibandingkan kuartal II/2017.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kelompok industri komputer, barang elektronik, dan optik mencapai 35,99 persen (yoy). Selanjutanya diikuti industri kimia dan barang dari bahan kimia juga naik 24,56 persen serta industri kertas dan barang dari kertas naik 19,97 persen.

Dalam upaya pengembangan IKM, Kemenperin telah memfasilitasi pelaksanaan program e-Smart IKM.

e-Smart IKM merupakan sistem basis data IKM nasional yang tersaji dalam bentuk profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan dengan marketplace yang telah ada. Tujuannya untuk semakin meningkatkan akses pasar IKM melalui internet marketing.

Lebih lanjut, Menteri Airlangga menyampaikan, pihaknya akan menjaga kinerja industri nasional agar terus menjadi kontributor terbesar bagi perekonomian nasional melalui sumbangan dari pajak, cukai, dan ekspor. Industri juga menjadi penggerak utama untuk penyerapan tenaga kerja. Oleh karenanya,optimalisasi akses pasar menjadi penting.

Dengan peningkatan peringkat kemudahan berusaha Indonesia, yang dirilis oleh Bank Dunia terkait Ease of Doing Business (EoDB) 2018, Menperin menyatakan perlunya perbaikan dalam perdagangan antar negara. Peluang ini yang perlu kita tingkatkan lagi, misalnya melalui percepatan negosiasi-negosiasi free trade agreement dengan Eropa, Amerika Serikat, dan Australia, ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement