Jumat 03 Nov 2017 18:00 WIB

3 Warisan Dinasti Thuluniyah

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Masjid Ahmad bin Thulun
Masjid Ahmad bin Thulun

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Dinasti Thuluniyah adalah dinasti pertama yang menyatakan merdeka dari Dinasti Abbasiyah. Kekuasaannya mencapai Mesir dan Suriah.

Masa pemerintahannya sangat pendek dibanding dengan dinasti-dinasti lainnya yang ada di Timur Tengah.

Dinasti yang didirikan oleh Ahmad bin Thulun ini hanya kuat bertahan sekitar 37 tahun dari 868-905 M atau 254-292 H.

Meski demikian Ahmad bin Thulun atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Thulun merupakan sosok yang paling berpengaruh dalam pembentukan Mesir sebagai negara yang lebih berdaulat.

Sejarah mencatat, sebelumnya Mesir merupakan bagian dari Imperium Romawi (30 SM-642 M), empat khalifah pengganti Rasul (642-665), dan Dinasti Umayyah (665-750).

Meskipun Ibnu Thulun memerintah dalam waktu yang sangat singkat, ia telah banyak meninggalkan warisan bersejarah yang berharga. Berikut sejumlah gedung peninggalan Dinasti Thuluniyah:

Masjid Jami' 

Masjid Ahmad bin Thulun dibangun pada 876 M dan rampung pada 879 M. Masjid yang terletak di kaki Bukit Jabal Yashkur diyakini masyarakat Mesir sebagai masjid yang penuh berkah karena dapat melakukan segala aktivitas keagamaan di dalamnya. Bisa dikatakan masjid ini merupakan salah satu peninggalan orisinil terpenting peradaban Arab Islam di Mesir.

Qanathir Ahmad bin Thulun

Peninggalan Dinasti Thuluniyah yang bersumbangsih besar bagi kehidupan masyarakat Mesir ketika itu, adalah sistem saluran air (qanathir).

Masyarakat setempat menamakannya Qanathir Ahmad bin Thulun. Saluran ini terletak di daerah tenggara kawasan al-Qatha'i. Secara fisik, konstruksi saluran air yang disebut sejarawan dengan as-Siqiyah ini menyerupai saluran yang ada pada masa kerajaan Romawi.

Klinik Kesehatan

Warisan lain dari Dinasti Thuluniyah adalah al-Maristan atau al-Bimaristan yang merupakan nama bagi sebuah bangunan yang berfungsi sebagai bagian klinik atau balai pengobatan umum bagi masyarakat (nonmiliter dan budak) yang sakit.

Di al-Maristan ini semua warga boleh memanfaatkan fasilitas klinik tanpa membedakan latar belakang suku dan agama. Selain memberikan pelayanan kesehatan cuma-cuma, al-Maristan juga memberikan kenyamanan layaknya rumah sakit modern.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement