Jumat 03 Nov 2017 18:30 WIB

Keterbatasan tak Halangi Semangat Jihad Ibnu Maktum

Hijrah, ilustrasi
Hijrah, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Selain semangat berilmu, Ibnu Maktum, di tengah keterbatasan penglihatan yang ia miliki, tetap memiliki semangat jihad.

Usai Perang Badar, Allah menurunkan ayat tentang kedudukan tinggi mujahidin dan mengutamakan mereka di atas orang-orang lain. Ini memberi dorongan semangat dalam jihad.

Namun, keistimewaan tersebut tentu menjadi pertanyaan dan keresahan tersendiri bagi mereka yang beruzur akibat cacat fisik.

Ayat-ayat tersebut menyentuh Abdullah Ibnu Ummi Maktum. Ia pun langsung mengadukan kekhawatirannya kepada Rasulullah sambil berderai air mata.

"Ya Rasulullah, kalau saja mampu niscaya saya akan berjihad." katanya.

Mendengar perkataan lirih Abdullah itu Rasulullah tak kuat melihat kesedihan sahabatnya yang ingin berjihad tapi tidak bisa sebab ketidaksempuranaan fisik. Rasulullah berdoa memohon petunjuk Allah.

"Ya Allah, turunkanlah ayat-Mu yang memberikan alasan yang membebaskanku.." Seketika itu Allah mengabulkan doa Rasulullah sebelum menurunkan tangannya yang sedang menengadah ke atas.

Zaid bin Tsabit, Sang Penulis wahyu mengisak. Ia berkisah, "Suatu hari aku berada di sisi Rasulullah. Tiba-tiba beliau merasa seperti dihinggapi sesuatu sehingga sejenak berdiam diri. Paha beliau terlempar ke atas pahaku, dan belum pernah aku merasa sesuatu seberat paha Rasulullah saat itu. Setelah pengaruh berat dari wahyu itu lenyap, beliau bersabda. "Wahai Zaid, tulislah."

"Tidak sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya, Allah melebihkan orang-orang yang duduk satu derajat.

Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar." (QS an-Nisa: 95).

Setelah mendengarkan wahyu itu, Abdullah langsung bertanya. "Ya Rasulullah bagaimana dengan orang yang tak punya kemampuan berjihad?"

Rasulullah lalu memerintahkan Zaid yang menuliskan wahyu. "Bacalah apa telah kau tulis wahai Zaid?"

"Tidak sama antara mukmin yang duduk yang tidak ikut berperang," kata Zaid

Ayat ini memberi pengecualian bagi mereka yang beruzur untuk ikut berperang. Mereka dibebaskan dari kewajiban berperang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement