REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak kisah perempuan hebat dalam sejarah Islam yang patut dijadikan suri teladan bagi kaum Muslimin. Arwa binti Abdul Muthalib, bibi dari Rasulullah SAW, merupakan salah satu contohnya. Ia merupakan perempuan terpandang pada zaman jahiliyah dan Islam. Ia dikenal sebagai seorang yang cerdas dan mempunyai kemampuan bersyair.
Arwa lahir di Makkah sekitar tahun 560 Masehi. Ia merupakan putri Abdul Muthalib ibn Hasyim dan Fatimah binti Amr yang berasal dari suku Makhzum, suku Quraisy. Suami pertama Arwa ada lah Umayr ibn Wahb. Dari hasil pernikahannya dianugerahi seorang putra bernama Kalib bin Umair.
Suami keduanya adalah Arta ibn Sharahbil ibn Hasyim. Dari suami yang kedua dikaruniai seorang anak perempuan bernama Fatima. Arwa merupakan tokoh perempuan terkemuka dalam se jarah Islam. Ia masuk Islam di Makkah dan ikut hijrah ke Madinah.
Arwa tercatat seseorang yang selalu mendukung Rasulullah SAW. Sebelum memeluk Islam, dia sudah menyokong dakwah Rasulullah. Arwah bahkan memberikan dukungan saat anak nya, Kalib, menyatakan ma suk Islam di Darul Arqam bin Abu Al- Arqam Al-Makhzumi.
Kalib menemui ibunya setelah masuk Islam dan berkata, "Aku meng ikuti Muhammad dan masuk Islam karena Allah." Lalu Arwah menanggapi apa yang dikatakan oleh anaknya. Arwa ber kata: "Sungguh benar jika kau mendukung dan membantu sepupumu Mu hammad. Demi Allah, kalau sa ja kita mampu apa yang dilakukan oleh para lelaki itu mendukung nya, tentu kita akan mengikutinya dan membelanya," kata Arwa.
Anaknya memiliki andil cu kup besar yang membuat Arwa akhir nya memeluk Islam. Sebe lum nya terjadi sebuah percakap an antara Arwa dan Kalib. "La lu apa lagi yang menghalangimu untuk masuk Islam dan mengikuti Muhammad. Padahal, saudaramu Hamzah telah juga masuk Islam," kata Kalib. "Maka se sung guhnya aku memintamu ka rena Allah agar kau mau datang pada Muhammad, masuk Islam, membenarkannya dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai utusan Allah," ujar Kalib dalam permin taannya.
Kemudian Arwa masuk Islam dan menjadi salah seorang yang terus berada di belakang Ra sulullah dalam mendukung dakwahnya. Ia bahkan mengajak anak nya untuk membantu Ra su lullah dan mengerjakan apa yang diajarkan. Suatu ketika diceritakan saat Abu Jahal dan beberapa pembesar Quraisy menyakiti Rasulullah. Kalib pun kemudian sengaja mendatangi tempat Abu Jahal dan memukulnya dengan keras di kepalanya. Sehingga orang-orang di dekat Abu Jahal meringkusnya. Lalu Abu Jahal mendekati dan melepaskannya.
Atas tindakan Kalib, orang-orang dekat Abu Jahal kemudian berkata kepada Arwa, "Apakah kau tidak melihat anakmu si Kalib itu sekarang menjadi kasar berdekatan dengan Muhammad?" "Aku melihat bahwa beberapa hari ini dia semakin baik setelah dia mengisi harinya dengan selalu membela sepupunya Mu ham mad. Sungguh Muhammad membawa ajaran yang benar dari sisi Allah," jawab Arwa. "Apakah kau juga telah menjadi pengikut Muhammad?" tanya mereka. "Be nar," jawab Arwa.
Mendengar pengakuan Arwa yang juga memeluk Islam, mereka kemudian memberi tahu Abu Lahab. Abu Lahab pun segera menemui Arwa dan berkata, "Sungguh mengherankan dirimu ini, hai Arwa. Mengapa kau menjadi peng ikut Muhammad dan kau tinggal kan agama Abdul Mu thalib?" Mendengar perkataan Abu Lahab, Arwa pun menanggapinya dengan tenang bahkan meminta untuk membantu Rasulullah.
"Me mang seperti itulah keadaannya," kata Arwa. "Maka cobalah kau dukung keponakanmu itu, ban tu dan bela dirinya. Bila dia mem berikan suatu ajaran, maka kau punya dua pilihan, apakah kau masuk ke dalam Islam ber sa manya atau kau tetap meme gang agamamu itu. Apabila dia yang benar, minta maaf karena telah memilih masuk ke dalam golongan keponakanmu Muham mad,".
"Kami mempunyai kekuasaan dan kekuatan besar di Arab yang secara bersama-sama menentang kedatangan agama baru," kata Abu Lahab sambil lalu beranjak. Jawaban-jawaban Arwa atas tekanan yang dilontarkan dari Abu Jahal, Abu Lahab dan pembesar Quraisy tidak membuat dirinya mundur dalam membantu Rasulullah SAW. Ia juga sangat sedih ketika Rasulullah meninggal. Dia bahkan membuatkan sebuah puisi atas kematiannya. Berikut kutipan puisi yang ditulis Arwa. "Wahai Rasulullah, bukankah kau harapan kami kehadiranmu bagi kami ada lah kebaikan Dan jangan kau biarkan men jadi kering Setiap detak jantungku hanya mengingat Muhammad Dan betapa kesedihan mena han rindu Terkumpul dalam diriku sete lah kau tiada, wahai Nabi.