REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Sejarawan sekaligus Budayawan Kota Tangerang, Mkafhi Solihin mengatakan sungai Cisadane merupakan urat nadi kehidupan masyarakat yang hidup di pesisir sungai. Pada masa pemerintahan Belanda, sungai yang membelah kota Tangerang ini dijadikan jalur transportasi untuk aktivitas perekonomian.

"Sungai ini dijadikan jalur transportasi pengiriman barang-barang dan mejadi sumber pencaharian," ujar dia dalam acara diskusi Coffe Morning di Flying Deck Cisadane, Kamis (9/11).

Pria yang akrab disapa Mi'ing itu mengatakan, banyak masyarakat pesisir Cisadane menjadikan urat perekonomian. Sebab itulah Cisadane yang saat ini dia ibaratkan sebagai gadis remaja cantik yang kurang bersolek karena tidak diperhatikan membeli kosmetik oleh pemerintah. Mi'ing berharap, pemerintah bisa perhatian terhadap potensi yang besar dari sungai sarat sejarah tersebut.

"Harusnya masyarakat ikut dilibatkan dalam segi pengembangan pariwisata yang dibanung di sekitar Cisadane," kata dia.

Selaku inisiator acara Diskusi Coffe Morning, Andika Panduwinata mengatakan, diskusi tersebut sebagai bentuk ajang bertukar pikiran untuk menggali potensi pariwisata Cisadane sebagai ikon Kota Tangerang.

"Pada diskusi kali ini kami menggali potensi Cisadane sebagai wisata alam dan membedahnya dari sudut pandang budaya serta sejarah," kata dia.

Acara diskusi tersebut dihadiri pula oleh Kepala Bidang Dinas Pariwisata Kota Tangerang, Rizal Ridolloh dan puluhan mahasiswa dari Universitas Syekh Yusuf Tangerang.

Rizal turut berkometar, saat ini pemerintah sedang mengembangkan ide-ide wisata air yang akan diterapkan di Cisadane. Rizal mengaku sudah ada beberapa pihak yang mendatangi pemerintah kota untuk menawarkan kerja sama dalam pengembangan wisata air di Cisadane.

"Beberapa orang yang sudah datang ke kami, seperti contohnya ada yang mengembangkan rumah makan terapung," kata dia.

Ikuti Whatsapp Channel Republika