Selasa 14 Nov 2017 08:00 WIB

Menjawab Tantangan Industri Perhotelan

Chairman Jakarta Hotel Association Alexander Nayoan (kiri), Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Jamalul Izza (kedua kiri), Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi B. Sukamdani (kedua kanan) dan CEO CNG Media and Events Henry, bersiap memberi keterangan tentang penyelenggaraan The Hotel Week Indonesia, di Jakarta, Senin (13/11).
Foto: ist
Chairman Jakarta Hotel Association Alexander Nayoan (kiri), Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Jamalul Izza (kedua kiri), Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi B. Sukamdani (kedua kanan) dan CEO CNG Media and Events Henry, bersiap memberi keterangan tentang penyelenggaraan The Hotel Week Indonesia, di Jakarta, Senin (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri perhotelan mengalami masalah kelebihan pasokan kamar. Hal ini menyebabkan para pemain meminta pemerintah setempat untuk menerapkan moratorium pemberian izin hotel baru, terutama di kota-kota besar di Indonesia, yang sudah sangat banyak jumlah hotelnya. Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani menuturkan moratorium hotel perlu dilakukan di beberapa daerah.

“Menurut saya sih (moratorium), karena contohnya untuk daerah seperti Bali, Yogyakarta, Bandung, itu sudah sangat padat. Saya belum paham kenapa investornya masih tertarik membangun hotel [disitu] kalau nantinya tidak untung. Kan kita bisnis maunya untung. Ngapain kalau tidak untung. Karena pada akhirnya mereka akan kesulitan juga,” ujar Hariyadi, Senin (13/11).

Ketua umum dari Jakarta Hotel Association Alexander Nayoan mengungkapkan industri perhotelan mengalami kekurangan tenaga ahli dibidangnya dan sertifikasi profesi yang belum memadai untuk posisi top management di industri ini.

Sektor Perhotelan Hadapi Tantangan Berat

“Buat sertifikasi General Manager misalnya itu apa aja yg dibutuhkan? Idealnya seorang GM harus memiliki sertifikasi dari semua posisi yg ada di bawahnya,” ujar Alex, yang juga merupakan salah satu petinggi di The Dharmawangsa Jakarta.

“Misalnya untuk posisi GM, dibutuhkan sekitar 54 sertifikasi profesi, sayangnya tidak semuanya bisa didapatkan. Yang tersedia mungkin sekitar 15 sertifikasi. Inipun mengambil dari banyak tempat (sertifikasi profesi),” ujarnya.

Dia mengatakan Lembaga Sertifikasi Profesi Pariwisata tidak bisa menyediakan standarisasi profesi yang jelas untuk pekerja di sektor hospitaliti. Alex mengatakan industri perhotelan sangat membutuhkan uluran tangan pemerintah untuk serius membenahi masalah sertifikasi, karena masa depan dari industri ini sangat tergantung dari sumber daya manusianya. Menurutnya, pelaku industri perhotelan telah mengeluhkan hal ini dari sekitar 6-7 tahun yang lalu, akan tetapi hingga saat ini belum ada solusi yang kongkrit dari regulator.

Untuk menjawab berbagai tantangan tersebut, CNG Media & Events, yakni perusahaan yang bergerak dibidang pameran dan konferensi berbasis business-to-business (B2B), menggelar acara 'The Hotel Week Indonesia',  yang merupakan ajang konferensi dan eksibisi dengan fokus dibidang hotel dan pariwisata.

Mengambil tema khusus disrupsi digital, perhelatan yang di selenggarakan pada tanggal 23 - 25 November 2017 dan bertempat di Jakarta Convention Center di Jakarta, ini didukung oleh dua asosiasi besar yakni Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Ratusan eksibitor dari industri pendukung perhotelan seperti hotel investment, teknologi perhotelan, hotel design, hotel solution, interior eco-tech telah mendaftarkan diri untuk berpartisipasi pada perhelatan akbar ini.

Pada kesempatan ini juga dihadirkan forum diskusi yang di hadiri oleh CEO, direktur, general manager, pemilik dan manajemen dari berbagai hotel.  Empat tema besar yang diangkat dalam perhelatan ini.

'Perkembangan Terkini Industri Hospitaliti, Tantangan Berinvestasi dan Disrupsi Digital'.

Panelis:

1. Hariyadi B. Sukamdani, Ketua Umum Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI), Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia

2. Fabrice Mini, Director Operation, Accor Hotel

3. Satria Wei, Managing Director, PHM Hospitality

Disrupsi Digital di Industri Perhotelan dan Hospitaliti

Panelis:

1. John Safeson, Country Head of Manager, Traveloka.com

2. Javier Salgado, Executive Vice President, Saphir Group

3. Charles Le Coz, Director, Bali Hotel Association

Tren Investasi di Industri Hospitaliti

Panelis:

1. Denny Purbasari, Deputy III the Economic Sector, Staff of the President, Republic Indonesia

2. Moedjianto Soesilo Tjahjono, President Director, Inti Whiz

3. Erastus Radjimin, CEO, Artotel Indonesia (To be Announce)

Apakah Moratorium Izin Hotel Baru Merupakan Solusi dari Tantangan Oversupply di Industri Perhotelan?

1. Alexander Nayoan, Chairman, Jakarta Hotel Association

2. Ruben Amor, CEO, Adonara Hotel Group

3. Iman Adiansyah, Director, Ayodya Resort Bali

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement