REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, negosiasi akan terus dilakukan untuk menyelamatkan warga sekitar Tembagapura, Papua, yang disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB). Menurutnya, jika mereka tak mau negosiasi dan justru kemudian menantang, maka akan beda cerita.
"Sampai saat ini kita semuanya melakukan negosiasi dan itu ada batas-batas waktunya. Dalam hal ini, maka TNI dengan Polri mempersiapkan segala kemungkinan," jelas Gatot di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (16/11).
Gatot menjelaskan, yang jelas negara harus hadir di mana pun. Negara harus berada di mana pun dan melindungi masyarakat di mana pun juga. Karena itu, kata dia, TNI akan hadir apa pun harga atau risikonya.
"TNI akan hadir apa pun cost-nya," terang dia.
Terkait batas waktu yang ia sebutkan, Gatot hanya mengulang pernyataannya itu. Namun, ia menambahkan, jika dengan negosiasi, usaha-usaha lainnya mereka tidak mau, dan justru balik menantang, itu akan beda cerita.
"Kalau negosiasi tidak mau, semuanya tidak mau, malah menantang, itu lain ceritanya kan itu nanti," jelas Gatot.
Berbicara soal senjata KKB yang dikatakan mirip dengan senjata milik Angkatan Darat, Gatot menegaskan, senjata itu merupakan hasil rampasan. Senjata tersebut bukan diberikan atau dibeli dari Angkatan Darat.
"Kita bisa lihat fotonya saja sudah diakui, yang difoto itu adalah Styer. Itu hasil rampasan. Saya ulangi itu hasil rampasan ya, bukan diberi atau membeli," terang Gatot.