REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para penguasa Islam juga membangun tamannya sendiri. Ada taman al-Mu'tasim di Samarra, taman para amir Aghlabid di Tunisia yang terletak di dekat Qairawan, dan taman yang dibangun Hafsid, salah satu penguasa di Tunisia.
Selain itu, ada pula taman yang mengelilingi istana kerajaan di Fez dan Marakehs. Pun, ada kebun raya yang dibangun `Abd al-Rahman, salah satu khalifah Dinasti Umayyah di Spanyol. Ada pula taman-taman Raja Taifa di Spanyol dan taman yang dibangun Dinasti Timurid di Tabriz.
Ada taman lebih besar dan dikerjakan dengan teknik lebih tinggi, yaitu di Khumarawaih, yang dibangun penguasa Tulunid di Mesir pada akhir abad kesembilan. Taman yang megah tersebut dibangun dengan gaya Persia.
Keindahan taman ini terdapat pada banyaknya pohon kelapa yang batang-batangnya tertutup dengan emas, lalu di balik tutup emas tersebut terdapat pipa yang membawa air dari sisi pepohonan dan disemprotkan keluar menuju kolam renang.
Di taman para penguasa tersebut, penuh dengan berbagai macam tanaman langka dan eksotis. Abd al-Rahman, salah satu penguasa Dinasti Umayyah sangat mencintai bunga dan tanaman. Dia mengumpulkan berbagai macam tanaman langka dari setiap bagian dunia di tamannya.
Rahman juga sering mengirim orang-orangnya ke Suriah dan negara-negara lain untuk pengadaan dan mencari bibit tanaman baru. Sebuah jenis delima baru diperkenalkan ke Spanyol melalui tamannya. Selain delima, dia juga memperkenalkan pohon kurma ke Spanyol.
Bahkan, pada abad ke-10, taman kerajaan di Cordoba telah menjadi kebun raya yang digunakan untuk eksperimen pengembangan tanaman dengan biji, stek, dan akar. Taman yang ada di Spanyol dan tempat lain juga menjadi tempat untuk kegiatan ilmiah serta rekreasi.
Sebuah manuskrip geografi mengungkapkan, Al-Mu'tasim, seorang Raja Taifa, menanam banyak tanaman langka di kebunnya di Almeira. Dia menanam pisang dan tebu. Di taman Dinasti Timurid di Tabriz, banyak pohon buah-buahan langka berasal dari India, Cina, Malaysia, dan Asia Tengah.
Keberadaan taman juga membutuhkan pemeliharaan serta ahli untuk mengurus tanaman yang ada di taman tersebut. Maka kemudian, lahirlah banyak ahli botani. Pada abad ke-13, Raja Kanem dari Afrika melakukan eksperimen dengan tebu yang tumbuh di tamannya.
Sejumlah Sultan Yaman pada abad ke-14 juga tertarik dengan penelitian botani dan pertanian. Salah satu sultan tersebut menulis sebuah risalah tentang tumbuhan dan pertanian, sementara sultan yang lain mengimpor tanaman eksotis yang disebut padi di lembah Zabid.
Sementara, taman yang dimiliki oleh Raja Il-Khan, salah satu penguasa Dinasti Timurid, dipercayakan kepada seorang ahli botani yang berasal dari Persia yang menulis sebuah buku tentang mencangkok pohon buah-buahan.
Sedangkan Al-Tignari, seorang ahli agronomi pada abad ke-11 dari Andalusia, yang juga menulis buku berjudul Kitab Zuhra-t al-Bustan-wa Nuzhatul Azan, membuat kebun raya untuk Raja Taifa di Spanyol Islam.
Al-Tignari juga taman untuk Pangeran Almoravid, Murabitun Tamim. Pada abad ke-12, seorang dokter ahli yang juga ahli botani terkemuka, Al Shafran, mengumpulkan berbagai tanaman dari daerah terpencil di Spanyol untuk dikoleksi di taman milik Sultan Almohad di Guadix.
Sedangkan Taman Huerta del Rey di Toledo, dirawat oleh dua ahli agronomi terkemuka di Spanyol, yakni Ibnu Bassal dan Ibn Wafid. Mereka berdua banyak melakukan percobaan pertanian dan menulis buku-buku penting tentang pertanian.