REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Lebih dari 100 pengungsi Rohingya telah tewas-tenggelam akibat kapal karam dan kecelakaan perahu saat mereka menyelamatkan diri dari Myanmar ke Bangladesh, kata seorang juru bicara PBB pada Jumat (17/11).
Kepala Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, yang melaporkan data suram tersebut, mengatakan kepada wartawan di Markas PBB di New York bahwa Komsariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) telah menerima laporan bahwa sebanyak 30 rakit buatan, yang membawa lebih dari 1.000 orang tiba di Bangladesh dari Myanmar.
Karena tak mampu membayar untuk menyerang ke Bangladesh, kata juru bicara PBB itu, para pengungsi 'membuat rakit dari benda apa saja yang mereka dapatkan' untuk melakukan perjalanan empat-jam menyeberangi Sungai Naf atau bagian dalam hulu Teluk Benggala tempat arus sungai mengalir.
"Pengungsi yang baru datang mengatakan kepada UNHCR mereka telah menunggu lebih dari satu bulan dalam kondisi putus-asa di pantai Myanmar," kata Dujarric.
Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan sebanyak 620 ribu pengungsi Rohingya telah menyelamatkan diri dari Myanmar ke Bangladesh sejak 25 Agustus. "Kebanyakan pengungsi tersebut tinggal di permukiman sementara tanpa layanan atau prasarana yang layak," kata Dujarric.
Dujarric menyatakan bahwa Rencana Tanggap Krisis Pengungsi Rohingya telah menerima hampir 140 juta dolar AS, kurang dari sepertiga dari apa yang sesungguhnya diperlukan. Ia mendesak semua donor agar menyalurkan dana sesegera mungkin.