Rabu 22 Nov 2017 07:09 WIB

Warga Gembira dan Bersorak Sambut Mundurnya Mugabe

Rep: Adysha Citra Ramadani/Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Warga Zimbabwe merayakan mundurnya Robert Mugabe sebagai presiden di Harare, Zimbabwe, Selasa malam (21/11).
Foto: AP Photo/Ben Curtis
Warga Zimbabwe merayakan mundurnya Robert Mugabe sebagai presiden di Harare, Zimbabwe, Selasa malam (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Pengunduran diri presiden Zimbabwe Robert Mugabe disambut antusias oleh kerumunan warga di jalanan sekitar Ibu Kota Harare. Sebagian warga terlihat menari sambil bersorak merayakan pengunduran diri Mugabe.

Warga juga menyatakan dukungan dan pujian atas operasi militer. Banyak yang terlihat memberi pelukan pada tentara. Mereka sangat senang dan antusias atas mundurnya Mugabe. Sebagian warga lainnya terlihat mengepalkan tangan ke atas sambil mengibarkan bendera Zimbabwe.

Sambutan yang meriah juga terlihat di lingkungan Parlemen. Saat surat pengunduran diri dibacakan di Parlemen, para legislator bertepuk tangan dan saling bersorak sorai.

Dilansir dari The Zimbabwean, Mugabe telah secara resmi menyampaikan pengunduran dirinya, Selasa (21/11). Ia yang telah memimpin negara itu selama 37 tahun memutuskan melepas jabatan sebagai orang nomor satu setelah menjalani tahanan rumah satu pekan terakhir.

Ketua parlemen Zimbabwe secara resmi mengumumkan pengunduran diri Mugabe yang disampaikan melalui surat. Menurut keterangan, pria kelahiran 21 Februari 1924 itu membuat keputusan secara sukarela, tanpa paksaan apa pun sebelum proses pemakzulan atas dirinya dilakukan.

Mugabe sebelumnya tetap bersikeras untuk menjadi presiden di tengah seruan masyarakat Zimbabwe yang meminta dirinya mengundurkan diri. Seruan ini terjadi khususnya setelah pengambilalihan militer pada 15 November lalu.

Mugabe berhasil meraih kekuasaan sebagai presiden karena dulu ia merupakan pejuang kebebasan. Mugabe bahkan dijuluki sebagai Nelson Mandela dari Zimbabwe.

Sayangnya, perjuangan Mugabe untuk kebebasan tak berlangsung lama. Mugabe memanfaatkan penindasan untuk memperkuat kewenangan dan kekuasaannya di Zimbabwe. Mugabe juga diketahui mengandalkan tindak kekerasan dalam menghadapi oposisi politiknya.

Peraturan-peraturan tanpa kompromi yang dibuat Mugabe juga membawa Zimbabwe ke dalam jurang kemiskinan. Perekonomian Zimbabwe yang berkembang mulai hancur ketika program penyitaan lahan dari petani kulit putih dan hasil pertanian anjlok serta inflasi melonjak naik.

Seperti dilansir CNN, selama puluhan tahun Mugabe dan sang istri juga mendapatkan krikit keras karena menjalani gaya hidup yang mewah. Padahal, kondisi perekonomian Zimbabwe dalam keadaan yang cukup memprihatinkan.

Meski begitu, Mugabe terus memerintah Zimbabwe dengan tangan besinya selama hampir empat abad. Ia merupakan satu-satunya pemimpin yang dimiliki Zimbabwe setelah negara tersebut meraih kemerdekaan pada 1980.

Enam hari sebelum pengunduran diri Mugabe, pasukan militer Zimbabwe berhasil merebut kekuasaan di Ibu Kota Zimbabwe. Pria berusia 93 tahun tersebut juga terdesak dan berada di bawah tahanan rumah. Kemunduran Mugabe dianggap menandai akhir dari era kepemimpinan tangan besi dari presiden kedua Zimbabwe ini.

Peristiwa ini digambarkan sebagai salah satu yang bersejarah dan mewakili kebebasan masyarakat Zimbabwe. Selama ini warga di negara itu belum pernah berkumpul dan bersatu melawan Mugabe yang dianggap sebagai pemimpin otoriter.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement