Jumat 24 Nov 2017 20:53 WIB

Kemendikbud Tekankan Guru Ajari Lima Nilai Utama Pendidikan

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Winda Destiana Putri
Guru mengajar di kelas. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Guru mengajar di kelas. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) meminta para guru mengajari lima nilai utama untuk penguatan pendidikan karakter (PPK) yaitu nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.

Staf Ahli Mendikbud Bidang Pembangunan Karakter Arie Budhiman menjelaskan, ketika berbicara mengenai penumbuhan nilai-nilai karakter maka dalam pasal 3 peraturan presiden (Perpres) 87/2017 tentang PPK telah disebutkan bahwa terdiri dari 18 karakter. Kemudian dalam konteks peraturan perundang-undangan 18 karakter tersebut, kata dia, dilakukan kristalisasi berdasarkan nilai-nilai dan aktualisasi pancasila. Kemudian ini menjadi lima nilai utama yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. 

"Kelima nilai ini bukan yang terpisah namun nilai yang menjadi satu kesatuan," katanya saat pembukaan pameran hari guru nasional (HGN) 2017, di Jakarta, Jumat (24/11). 

Namun, ia mengingatkan kalau di setiap satuan pendidikan tetap diberikan ruang kreativitas untuk merumuskan atau menciptakan nilai-nilai utama tersendiri. Disatu sisi ia meminta nilai ini harus dipastikan tidak akan pernah keluar dari akar kelima nilai tersebut. Ia menambahkan kebijakan publik tentang penguatan nilai karakter tidak akan ada artinya bila para guru tidak mampu melalukan transformasi kebijakan publik menjadi kebajikan publik.

"Dengan kebajikan publik Insya Allah tentu saja upaya-upaya penguatan pendidkan karakter akan tercapai," ujarnya.

Sehingga, kata dia, para guru bisa menumbuhkan anak-anak generasi emas 2045 mendatang yang memiliki nlai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement