REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan saat ini terdapat 22 desa yang terdampak karena erupsi Gunung Agung, Karangasem, Bali. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan dari 22 desa tersebut masih banyak masyarakat yang belum mengungsi.
"Jumlah penduduk yang dari 22 desa ini yang harus mengungsi ada 90 ribu sampai 100 ribu jiwa. Tapi yang terdata baru 40 ribu jiwa yang mengungsi," kata Sutopo dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Senin (27/11).
Padahal, Sutopo mengatakan saat ini radius berbahaya yang harus dihindari masyarakat dari erupsi Gunung Agung tersebut sudah bertambah. Dia menegaskan dari radius delapan kilometer, saat ini bertambah menjadi 10 kilometer untuk dihindari dan tidak boleh ada aktivitas.
Untuk itu, Sutopo memastikan tim dari BNPB masih melakukan upaya dalam membantu pengungsian tersebut. "Petugas masih terus melakukan penyisiran dan mengimbau masyarakat agar mengungsi," jelas Sutopo.
Sutopo mengatakan upaya untuk mengungsikan warga harus terus dilakukan karena keadaan Gunung Agung saat ini sudah dalam status awas atau level empat. Pada kondisi tersebut, Sutopo mengatakan akan ada dua ancaman yaitu lahar dingin dan material werupsi lava pijar.
Dia menegaskan keadaan tersebut potensinya akan terus meningkat. "Kami mengimbau yang masih di radius berbahaya untuk segera melakukan evakuasi. Kemungkinan erupsi makin tinggi semakin besar," tutur Sutopo.
Sebanyak 22 desa yang terdampak erupsi Gunung Agung yaitu Ababi, Pidpid, Nawakerti, Datah, Bebandem, Jungutan, Buana Giri, Tulamben, Dukuh, Kubu, Baturinggit, Ban, Sukadana, Menaga, Besakih, Pempatan, Selat, Peringsari, Muncan, Duda Utara, Amertha Bhuana, dan Sebudi.