Rabu 29 Nov 2017 10:11 WIB

Gelombang Pengungsi Masuki NTB, Kemensos Dirikan Posko

Rep: Ali Mansur/ Red: Andri Saubani
Dinas Sosial NTB mendirikan posko pendataan pengungsi erupsi Gunung Agung di Pelabuhan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, NTB.
Foto: dok. Dinas Sosial NTB
Dinas Sosial NTB mendirikan posko pendataan pengungsi erupsi Gunung Agung di Pelabuhan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, NTB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Sosial (Kemensos) mendirikan posko menyusul gelombang kedatangan para pengungsi dari Bali ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Posko yang beroperasi selama 24 jam tersebut dibangun di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, NTB. Pelabuhan Lembar melayani penyeberangan dari Pelabuhan Padang Bai (Bali). Dengan jarak 38 mil laut, penyeberangan yang melewati Selat Lombok ini memakan waktu sekitar 4-6 jam.

"Posko ini dijaga Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk mendata pengungsi asal Bali yang datang ke Lombok lewat jalur laut menggunakan kapal ferry," ungkap Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (29/11).

Khofifah mengatakan, pengungsi yang datang ke Lombok umumnya menuju ke rumah sanak saudara. Mereka memilih meninggalkan Bali dan menunggu kondisi Gunung Agung Kondusif. Hingga Selasa (28/11) kemarin, jumlah pengungsi yang terdata semenjak status Gunung Agung naik dari siaga menjadi awas sebanyak 38.678 jiwa yang tersebar 225 titik pengungsian.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Agung dari level III (siaga) menjadi level IV (awas). Kenaikan status ini diumumkan oleh Kabid Mitigasi PVMBG I Gede Suantika pada Senin (27/11).

Khofifah mengimbau kepada masyarakat agar tidak begitu saja percaya dengan berita di media sosial, namun mencari kebenaran informasi perkembangan kebencanaan melalui posko resmi Gunung Agung maupun pemberitaan di media-media terpercaya. "Masyarakat harus tetap tenang namun waspada. Jangan mendekati zona merah bencana," imbuhnya.

Khofifah menjamin cadangan beras pemerintah (CBP) cukup untuk memenuhi kebutuhan pengungsi Gunung Agung termasuk pengungsi terdampak dari banjir maupun longsor. Pemerintah saat ini memiliki CBP sebanyak 278 ribu ton beras. Khusus Bali, sebanyak 11 dapur umum lapangan disiapkan di tujuh Kabupaten/Kota masing-masing Tabanan, Buleleng, Denpasar, Klungkung, Karangasem, Gianyar, dan Bangli.

"Saat ini penanganan pengungsi dipimpin langsung Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Kemensos, Margowiyono," tambahnya.

Direktur PSKBA Kemensos, Margowiyono saat meninjau Posko Lembar mengatakan, bahwa Kemensos akan mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk mengantisipasi lonjakan gelombang pengungsi asal Bali.

"Jika dibutuhkan, kami akan fasilitasi mereka (pengungsi-red) sampai ke rumah kerabatnya dengan menggunakan mobil rescue yang ada," imbuhnya.

Margo juga menginstruksikan agar dibuka dapur umum untuk mengantisipasi jika para pengungsi membutuhkan makanan. Ia menambahkan, saat ini pihaknya telah menerjunkan sebanyak 396 orang Tagana untuk membantu para pengungsi erupsi Gunung Agung. Selain Tagana dari Provinsi Bali, juga disiagakan Tagana dari provinsi lain terdekat antara lain Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Selatan.

Sementara itu, Ketua Forum Tagana NTB, Amran (38) mengatakan posko 24 jam tersebut didirikan tidak cuma sekedar melakukan pendataan, namun juga menampung sementara pengungsi sebelum akhirnya berpindah ke rumah kerabat mereka.

"Sejak hari Ahad, (26/11) Posko ini didirikan. Yang berjaga adalah Tagana asal Lombok secara bergantian," Amran.

Amran mengatakan, posko tersebut menyediakan permakanan bagi para pengungsi yang berdatangan. Kepada para pengungsi juga dibagikan masker guna mencegah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat guyuran abu vulkanis Gunung Agung.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement