REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ilmuwan NASA dari Columbia University, Christopher M Colose mengatakan, letusan Gunung Agung berpotensi menurunkan suhu permukaan Bumi. Letusan Tohlangkir pada 1963 menelan korban 1.600 jiwa dan menurunkan suhu global 0,1-0,2 derajat Celsius.
Colose mengatakan, kondisi tersebut hanya terjadi jika letusan yang dihasilkan gunung setinggi 3.142 meter itu cukup eksplosif. Letusan gunung berapi akan menghasilkan gas Sulfur dioksida (SO2) yang akan berubah menjadi sulfat aerosol di stratosfer.
"Jika kondisi ini terpenuhi, erupsi bisa mendinginkan permukaan bumi (troposfer) dan menghangatkan stratosfer. Keduanya berkebalikan bergantung pada kenaikan Karbon dioksida (CO2). Meski demikian, itu semua jangka pendek, hanya dalam hitungan tahun," kata Colose, dilansir dari The Express, Kamis (30/11).
Gunung berapi menghasilkan CO2 yang bersifat menyerap panas, namun sekaligus menyemburkan partikel abu dan gas seperti SO2 yang bersifat memantulkan kembali sinar matahari. Inilah yang mendinginkan Bumi.