REPUBLIKA.CO.ID, Perang Khandaq atau Perang Parit terjadi pada bulan Syawal tahun ke 5 Hijriah. Perang Khandaq terjadi karena adanya koalisi kaum Yahudi bersama kaum Musyrikin untuk menyerang Madinah. Pengusiran dan penyerangan kaum Yahudi Bani Nadhir dari Madinah membuat para pembesar mereka menaruh dendam dengan Muslimin di Madinah. Bani Nadhir berkoalisi dengan tokoh Quraisy untuk belas dendam.
Kaum Yahudi Bani Nadhir juga membuat koalisi dengan kaum Musyrikin yang pernah berperang dengan Rasulullah. Setelah bertemu tokoh Quraisy di Makkah mereka bertemu kabilah Ghathafan yang beberapa kali pernah berseteru dengan kaum Muslimin. Terbentuklah koalisi antara kaum Yahudi Bani Nadhir-Quraisy dan Ghathafan untuk menyerang Madinah dan kaum Muslimin.
Pasukan Quraisy dipimpin oleh Abu Sufyan, kaum Ghathafan dipimpin Uyainah bin Hisn dari Bani Fazarah. Al Harist bin Auf bin Abu Haritsah al Murri memimpin Bani Murrah. Mir'ar bin Rukhailah bin Nuwairah bin Tharif memimpin kaum Asyja. Adapun Bani Nadhir dipimpin Sallam bin Abul Huqaiq, Huyay bin Akhtab dan Kinanah bin Rabi'.
Ketika Rasulullah mendengar terbntuknya balatentara koalisi tersebut, ia memerintahkan kaum Muslimin untuk menggali parit di sekeliling kota Madinah. Usulan dibuat parit ini disampaikan seorang Persia, Salman al Farisi kepada Rasulullah. Salman menjelaskan orang-orang Persia biasanya membuat parit untuk mempertahankan diri dalam peperangan. Kata 'Khandaq' merupakan bahasa persia yang berarti 'parit'.
Rasulullah pun ikut menggali parit, agar memberi semangat kepada semua kaum Muslimin. Jumlah pasukan Muslimin yang ikut terlibat dalam Perang Khandaq berjumlah 3000 orang. Sedangkan pasukan koalisi musuh berjumlah 10 ribu orang. Pasukan koalisi musuh mengepung Madinah hampir selama satu bulan. Beruntung, logistik penduduk Madinah saat itu tercukupi untuk satu tahun. Sedangkan selama pengepungan itu, pertempuran yang terjadi sebatas saling melepas anak panah.
Puncaknya ketika pasukan berkuda musuh berusaha menerobos parit dengan mencari celah parit yang paling kecil. Berkat kesigapan Ali bin Abi Thalib pasukan musuh yang menerobos itu berhasil dihancurkan dan pemimpinnya Amr bin Abdu Wud berhasil dibunuh. Di wilayah parit lain, pasukan musuh dari Bani Makhzum berusaha berkuda dan meloncat parit, namun ia terperosok dan dibunuh Ali bin Abi Thalib.
Setelah pengepungan, penyerangan yang berlangsung hingga 15 hari. Selama itulah Allah SWT memberikan bibit perpecahan diantara koalisi pasukan yang mereka bentuk. Kaum Yahudi dari Bani Nadhir dan Quraizhah enggan berperang di hari Sabat. Sedangkan kaum Quraisy memaksa untuk tetap berperang. Quraisy pun merasa dikhianati kaum Yahudi. Akhirnya persengketaan pun terjadi, dan persekutuan mereka akhirnya porak-poranda.
Tidak lama setelah itu, dikisahkan datanglah angin kencang dalam beberapa malam yang amat menggigil. Angin itu bertiup sangat kencang, sehingga api unggun pun tidak bisa menyala dan merobohkan tenda-tenda musuh. Kedinginan pun membunuh perbekalan ternak mereka. Mendengar pasukan musuh porak poranda secara moral dan persiapannya, Rasulullah memanggil Hudzaifah untuk mengecek kebenaran itu.
Di tengah kondisi perpecahan antara pasukan koalisi musuh dan alam yang tidak mendukung ini, Abu Sufyan kemudian meminta pasukan Quraisy untuk mundur dan pulang ke Makkah. Setelah melihat pasukan Quraisy bubar, kaum Ghathafan pun pulang ke negeri mereka. Bubarnya pasukan musuh satu persatu di Perang Khandaq meninggalkan semua perbekalan berat yang mereka bawa.
Semua perbekalan inipun diambil pasukan Muslimin sebagai rampasan perang. Parit yang dibuat pasukan Muslimin berhasil menjadi penghalang pasukan musuh. Mereka takut masuk ke kota Madinah, meskipun jumlah mereka sangat banyak. Pasukan Muslimin dan Rasulullah pun akhirnya pulang kembali ke Madinah pada Rabu 7 Dzulqa'dah. Dan Rasulullah bersabda, "Kamu sekalian tidak akan diserang lagi oleh kaum Quraisy setelah tahun ini."