REPUBLIKA.CO.ID, Hari ini, merupakan hari bersejarah bagi umat Islam. Peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau biasa disebut Maulid Nabi tahun ini jatuh pada tanggal 1 Desember. Salah satu psikolog Indonesia, Tika Bisono menceritakan pengalaman saat dirinya duduk di bangku SD dan bagaimana perbedaan yang terjadi di zaman ini.
Saat SD Tika ternyata tinggal di daerah Riau dan sebuah wilayah pelosok di Sumatra Selatan. Ketika Maulid Nabi tiba dirinya mengaku selalu berkumpul di Musholla bukan untuk belajar mengaji tetapi untuk mendengarkan cerita dan kisah mengenai Nabi Muhammad. Guru-guru ngaji disana selalu menceritakan tentang bagaimana sosok Nabi dan kisah heroiknya yang selalu bisa membuat Tika merasa terpukau.
"Untuk anak SD khususnya aku, setiap dengerkisah Nabi pasti aku mikir 'wah keren ya', 'hebat'," ujar Tika mengenang masa SDnya saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (29/11).
Menurut Tika pembelajaran seperti itu perlu dilakukan untuk anak-anak kecil. Pengaitan antara kisah Nabi dan kegiatan sekolah anak-anak bisa dilakukan agar menambah minat mereka serta memudahkan mereka memahami sosok Nabi itu sendiri.
Tika melanjutkan, setiap kali gurunya menceritakan mengenai kisah Nabi akan selalu dikaitkan dengan kegiatannya sebagai seorang pelajar. Bagaimana Nabi yang awalnya tidak bisa membaca kemudian diharuskan membaca melalui wahyu pertama, Iqra. Faktor-faktor seperti itu bisa dijadikan sebagai bahan ajaran anak-anak saat Maulid.
Selayaknya bercerita mengenai seorang pahlawan maka bercerita mengenai kisah Nabi juga bisa dilakukan dengan cara yang menarik dan tidak membosankan. Jika membicarakan masalah hadits tidak akan sesuai konteksnya dengan anak-anak.
Perlihatkan lah sosok Nabi sebagai seorang pembelajar, pejuang, sosok yang pengasih dan penuh kasih sayang bahkan kepada musuh-musuhnya, juga penyantun yang selalu sopan dan tidak pernah kasar. Namun dibalik itu semua ternyata Nabi memiliki kekurangan juga menjadi hal menarik yang kemudian salah satu contohnya Nabi dibantu oleh istri-istrinya dalam mencari uang.
"Ceritakanlah sosok Nabi yang sangat menghormati perempuan. Tidak ada ceritanya Nabi membully perempuan. Mangkanya istri-istri Beliau adalah perempuan yang hebat," ucap Tika.
Sosok Nabi yang menghormati dan bangga kemampuan istrinya serta tidak merasa tersinggung dengan kemampuan istrinya bahkan menerima bantuan mereka dalam kegiatan dakwahnya adalah salah satu hal yang diceritakan oleh Guru Tika saat dirinya kecil. Hingga saat ini Tika mengaku karena terlalu suka dengan kegiatan dan cara Gurunya bercerita ia masih mengingat dengan jelas nama serta bentuk raut muka gurunya tersebut.
Menurut Tika, jika guru-guru saat ini ingin mencontohkan kisah Nabi kepada anak-anak terlebih mengambil dari suatu hadits perlu dijewantahkan atau diwujudkan dengan hal-hal yang realistis dan terukur. Jangan menggunakan kata-kata atau tatanan bahasa yang belum mereka mengerti jika tidak ingin 'ditinggal' saat berdakwah.
Ada banyak kisi-kisi dalam hidup Nabi yang menurut Tika sangat bisa diceritakan dan dijadikan contoh bagi anak-anak kecil yang memang sedang dalam proses pembelajaran. Namun yang terjadi dalam pengalaman pribadi Tika banyak guru yang cara pengajarannya tidak menarik. Kebanyakan guru-guru bukan bercerita tapi seolah-olah menasihati anak-anak sementara yang mereka butuhkan adalah story telling.
Dengan bercerita hal tersebut akan masuk dan terbawa dalam diri anak-anak hingga mereka dewasa. Cerita-cerita tersebut akan membekas dan jika berhasil akan dipraktikkan oleh mereka hingga masa tua.
"Yang perlu dihadirkan untuk anak-anak adalah gambaran betapa hebatnya mereka. Cobalah dengan mendongeng dengan kisah Nabi. Misal gunakan kata-kata 'waktu dulu zaman Nabi Muhammad kecil itu sukanya apa apa apa' jadi bawa mereka berimajinasi. Jangan tiba-tiba 'di zaman Nabi Muhammad hidup turun hadits'. Itu nanti dulu. Lah kok ke anak SD ngomongin hadis?" ujar Tika.
Yang perlu dihadirkan dalam bayangan anak-anak adalah bagaimana memberi contoh bahwa Nabi ini adalah orang-orang yang awalnya biasa saja tapi kemudian menjadi orang terpilih dan hebat. Nilai-nilai tersebut yang harusnya bisa diadopsi. Nilai bahwa Nabi dulunya adalah manusia biasa kemudian menjadi orang pilihan adalah hal yang harus ditanamkan sehingga dapat diambil nilai positifnya dan mencontoh kebaikan-kebaikan yang dimiliki Nabi.
Tika kemudian menyayangkan kegiatan-kegiatan yang dia alami saat kecil saat ini sudah tidak terlihat lagi. Dimana anak-anak kecil dapat berkumpul bersama dan mendengarkan kisah-kisah Nabi tersebut. Padahal, menurutnya, kegiatan tersebut sangat seru dan berguna.
Untuk keluarganya sendiri, Tika mengaku berinisiatif untuk sesekali bercerita dalam keadaan yang santai dengan anak-anaknya mengenai Nabi-Nabi Allah. "Kadang suka ngajak anak cerita kayak, 'ini hari apa sih? Maulid itu apa sih? Tahu nggak Nabi waktu kecil kayak apa?' ya diceritain sebisa aku aja. Tapi aku cerita ke mereka,".
Hal penting lainnya menurut Tika yang perlu diperhatikan adalah kegiatan praktik dari nilai-nilai yang sudah diceritakan kepada anak-anak seperti yang dialaminya saat mempelajari mengenai akhlak di bangku SD. Hal tersebut terlihat sudah tidak ada lagi di zaman saat ini dan menjadi koreksi tersendiri bagi pemerintahan.