REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Sebanyak 7.000 kepala keluarga (KK) di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami kesulitan air bersih. Penyebabnya, infrastruktur milik Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Handayani rusak akibat bencana banjir yang melanda wilayah itu.
Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Handayani Isnawan Fibriyanto di Gunung Kidul, Senin (4/12) mengatakan, banjir yang terjadi Selasa (28/11) merusak infrastruktur. Di antara infrastruktur yang rusak adalah pompa, panel listirk yang digunakan untuk mengangkat sumber air sungai bawah tanah, dan sumber mata air sungai.
Menurut dia, terganggunya pasokan dikarenakan beberapa faktor, mulai dari rusaknya instalasi karena terendam banjir hingga meluapnya sungai bawah tanah di Bribin 1, Baron, dan Ngobaran. Sedangkan untuk kerusakan instalasi, selain terjadi di tiga titik sumber bawah tanah, juga terjadi di beberapa titik, seperti di Bunder, Kecamatan Patuk, hingga putusnya jalur pipa di Gedangsari.
"Terganggunya saluran air bersih dari PDAM sudah dilaporkan ke Bupati Gunung Kidul Badingah," kata Isnawan.
Akibat kerusakan instalasi PDAM di Desa Bunder, Kecamatan Patuk, mempengaruhi pasokan air bersih di desa Playen, Gading, Banaran, Ngleri, dan sebagian Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari. "Untuk yang instalasi Bunder mempengaruhi sekitar 1.000 sambungan rumah tidak mendapat pasokan air bersih," kata Isnawan.
Instalasi PDAM pada sumber air Bribin I dan II terjadi kerusakan pada sistem sulpai daya atau travo milik PLN yang terendam air. "Total ada 7.000 sambungan rumah tangga yang terganggu," kata Isnawan.
Ketua DPRD Gunung Kidul Suharno meminta agar PDAM segera melakukan penanganan terhadap kerusakan sehingga kendala dalam pelayanan tidak terganggu lama. "PDAM Tirta Handayani harus bergerak cepat karena kasihan warga sudah terkena bencana, kebutuhan air bersih mendesak untuk segera dipenuhi," katanya.