Senin 04 Dec 2017 21:24 WIB

Penyebab Banjir dan Longsor di DIY tak Semua karena Siklon

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Andi Nur Aminah
Warga desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, kabupaten Bantul Yogyakarta memancing di genangan air setelah datangnya banjir, Rabu (29/11). Akibat banjir di Bantul pada hari Selasa lalu kolam peternak ikan menjadi meluap hingga ikan masuk ke halaman rumah penduduk.
Foto: Republika/Nico Kurnia Jati
Warga desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, kabupaten Bantul Yogyakarta memancing di genangan air setelah datangnya banjir, Rabu (29/11). Akibat banjir di Bantul pada hari Selasa lalu kolam peternak ikan menjadi meluap hingga ikan masuk ke halaman rumah penduduk.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bencana longsor dan banjir di wilayah DI Yogyakarta yang baru saja terjadi bukan hanya disebabkan oleh siklon (siklon tropis cempaka, Red) saja. Ada beberapa penyebab yang bukan korban langsung dari siklon, tetapi karena memang tata perumahan yang salah.

"Mereka tinggal di bantaran sungai yang merupakan daerah rawan. Saya kira ini suatu pelajaran petunjuk dari Allah untuk segera memperbaiki tempat tinggal di daerah bantaran sungai dengan mundur, munggah dan madep," kata Wakil Ketua DPRD DIY Dharma Setiawan pada wartawan di Kepatihan Yogyakarta, Senin (4/12).

Artinya, pembangunan rumah harus mundur tidak terlalu dekat dengan bantaran sungai dan di bangun tingkat (ke atas) serta menghadap sungai. Dia mengatakan, jika bencana karena siklon, tidak bisa apa-apa. "Tetapi kalau tata perumahan yang salah itu bisa diperbaiki," ujarnya.

Dharma mengakui ada hal yang menjadi akar terjadinya banjir yakni daerah penyerapan air di Sleman bagian utara sudah kurang bagus. Sehingga hal itu juga harus segera diatasi. "Untuk itu kami di DPRD DIY memang mendorong Badan Lingkungan Hidup (BLH) DIY untuk segera meningkatkan tutupan vegetasi di lereng Merapi. Tutupan vegetasi ditingkatkan supaya resapan air menjadi lebih baik," ungkap Politisi Gerindra ini.

Caranya, lanjut Dharma, dijaring tempat kosong, kemudian dibuat master plan dan dialokasikan dananya untuk penghijauan. Dia mengatakan, kajian awal sudah dilakukan pada 2017 dan 2018 akan dibuat master plan. Selanjutna, pelaksanaannya akan dimulai pada 2019. "Ini proyek multiyear," jelasnya.

Dia mengatakan, usaha pencegahan harus dilakukan sejak awal. "Ada pelajaran lain dari Gunung Kidul yang selama ini persepsi kita air di sana susah, tetapi ternyata terjadi banjir. Karena itu di daerah kering pun kita harus melakukan persiapan langkah, jangan hanya taktis tetapi juga strategis," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement