REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Menteri Luar Negeri Yordania Ayman al Safadi mengatakan berencana menggelar sebuah pertemuan darurat Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) akhir pekan ini. Pertemuan tersebut dimaksudkan membahas rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Menurut al-Safadi, keputusan AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel tentu akan berimplikasi pada stabilitas dan keamanan di daerah tersebut. Menurutnya, keputusan Trump jelas merupakan keputusan berbahaya.
Oleh karena itu, al-Safadi menilai, penting untuk segera digelar pertemuan dengan negara anggota Liga Arab dan OKI. "Pertemuan ini akan mengoordinasikan sikap Arab dan Islam terhadap keputusan yang akan segera terjadi (oleh Trump) yang akan meningkatkan ketegangan di wilayah ini," ujarnya, Selasa (5/12).
Di luar hal tersebut, al-Safadi menilai rencana Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel jelas bertentangan dengan resolusi internasional. Semua resolusi dan kesepakatan internasional menetapkan nasib Yerusalem harus diputuskan dalam negosiasi status akhir. Dan semua langkah sepihak dianggap tidak berlaku lagi, katanyamenegaskan.
Sebelumnya, Raja Yordania Abdullah II telah menerima telepon dari Trump. Dalam pembicaraan tersebut, Trump mengutarakan rencananya memindahkan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Raja Abdullah secara tegas menentan rencana Trump. Ia mengatakan keputusan demikian akan berbahaya bagi stabilitas dan keamanan di kawasan tersebut. Ini juga akan mengobarkan perasaan Muslim dan Kristen, kata Raja Abdullah.
Dinasti Hashemite Raja Abdullah adalah penjaga tempat suci umat Islam di Yerusalem. Hal ini membuat Yordania sangat peka dan sensitif terhadap perubahan status kota suci yang disengketakan itu.
Saudi Disebut Dukung Trump Jadikan Yerusalem Ibu Kota Israel
Ikuti Whatsapp Channel Republika