REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat kita tertidur mimpi-mimpi yang datang dengan berbagai gambaran situasi baik atau buruk di alam bawah sadar. Seringkali kita bertanya-tanya apa maksud atau arti dari mimpi tersebut.
Apakah ada hubungannya dengan kenyataan? Apakah boleh kita menakwilkan atau menafsirkannya?
Sesungguhnya mimpi yang baik datangnya dari Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala lah yang memberikan mimpi-mimpi indah dan membahagiakan bagi hamba-Nya untuk menghiasi tidurnya.Sedangkan mimpi buruk adalah salah satu gangguan dari setan.
Sebelumnya, ketahuilah bahwa semua mimpi Rasulullah sallallahu alaihi wasallam adalah kebenaran. Bahkan, di antara wahyu yang Allah turunkan adalah melalui mimpi. Dan Rasulullah menceritakan atau mentakwilkan mimpinya jika mimpi itu baik dan bermanfaat.
Tetapi Rasulullah memerintahkan untuk tidak menceritakan atau mentakwilkan kepada orang lain, bahkan kepada orang terdekat sekali pun jika mimpinya itu tidak baik. Karena mimpi yang buruk datang dari setan yang mempermainkan diri dalam alam mimpi.
Jadi, yang boleh ditakwilkan atau diceritakan adalah mimpi yang baik saja. Bahkan, Rasulullah pernah menakwilkan mimpi baiknya.
Rasulullah sallallhu alaihi wasallam bersabda, “Aku gembira bila mimpi terikat dengan tali dan tidak suka bila mimpi dengan lehar terbelenggu. Tali adalah lambang keteguhan dalam beragama.”(HR. Muslim)
Ibnu Abbas mengatakan, bahwa seorang lelaki menemui Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku semalam bermimpi melihat segumpal awan yanag meneteskan minyak satin dan madu. Kemudian aku melihat orang-orang menengadahkan tangannya pada tetesan tersebut. Mereka ada yang mendapatkan banyak dan ada pula yang hanya mendapatkan sedikit. Lalu aku melihat seutas tali yang terentaang dari langit sampai ke bumi kemudian melihatmu memegang tali tersebut lalu engkau naik ke atas. Kemudian ada seorang lelaki memegag tali tersebut setelahmu, dan naik ke atas. Ada juga seoraag lelaki laian memegang tali tersebut tetapi terputus, kemudian ssetelah disaambung lagi, lelaki itu naik ke atas.”
Abu bakar radhiyallahu anhu tiba-tiba menukas, “Wahai Rasulullah, demi engkau aku mengorbankan bapakku dan demi Allah, izinkan aku untuk menakwilkan mimpi tersebut.” Rasulullah pun bersabda, ‘”Takwilkanlah!”
Abu Bakar berkata, “Segumpal awan tersebut berarti awan Islam. Tetesan yang beripa samin dan madu adalah Alquran dari sego manis dan halusnya. Orang-orang yang mengadahkan tangannya pada tetesan tersebut berarti orang-orang yang banyak menghayati isi Alquran dan hanya sedikit penghayatannya terhadap Alquran. Adapun seutas tali yang tersambung dar langit sampaikan bumi adalah kebenaran yang engkau bawa. Engaku memegang tali tersebut lantas Allah mengangkatmu degan tali itu. Kemudian setelahmu, ada seorang lelaki yang memegang tali tersebutdan naik ke atas dengan tali itu. Dan ada seorang lelaki yang lain lagi memegang tali tersebut, tetapi terputus dan setelah disambungkan lagi baru dia naik ke atas dengan tali itu. Beri tahukan kepadaku, wahai Rasulullah, demi bapakku, menurutmu apakah takwilku itu tepat atau tidak?”
Rasulullah bersabda, “Sebagian yang engaku jelaskan itu ada yang benar dan sebagian ada yang salah.” Abu Bakar pun berkata, “Demi Allah, awahai Rasulullah, beri tahu aku mana kesalahanku!” Beliau bersabda, “Engkau jangan sering bersumpah.”(HR Muslim).
Disarikan dari Buku Teladan Rasulullah, Maghfirah Pustaka.