REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Jepang, Amerika Serikat (AS), dan Korea Selatan (Korsel) akan mengadakan latihan pelacakan rudal selama dua hari mulai Senin (11/12). Latihan ini dilakukan saat ketegangan meningkat di wilayah tersebut mengenai program senjata nuklir Korea Utara (Korut) yang berkembang pesat.
Pasukan Bela Diri Maritim Jepang mengatakan latihan tersebut akan menjadi latihan gabungan keenam dalam berbagi informasi mengenai pelacakan rudal di antara ketiga negara. AS dan Korsel telah melakukan latihan militer gabungan berskala besar pekan lalu, yang oleh Korut disebut akan memicu perang nuklir.
Belum dipastikan apakah Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) yang kontroversial akan dilibatkan. Sistem pertahanan anti-rudal AS yang ditempatkan di Korsel ini telah membuat marah Cina, yang khawatir radar kuat bisa mengancam keamanannya.
Korut telah melepaskan dua rudal ke wilayah Jepang dalam program pengembangan senjata nuklir dan rudal balistiknya, yang bertentangan dengan sanksi PBB dan mendapat kecaman internasional. Pada 29 November lalu, negara tersebut kembali menguji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) yang paling canggih, yang mampu menjangkau daratan AS.
Korut beberapa kali mengancam akan menghancurkan Korsel, Jepang, dan AS. Mereka mengatakan program persenjataannya diperlukan untuk melawan agresi AS, yang telah menempatkan 28.500 tentaranya di Korsel, sejak Perang Korea 1950-1953.