Kamis 14 Dec 2017 09:12 WIB

Penggalian Fondasi RS Indonesia di Rakhine Sudah 50 Persen

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
 Pelaksana Harian Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Ginandjar Kartasasmita (kanan), bersama Presidium Mer-C Sarbini Abdul Murad menyampaikan keterangan pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Myanmar di kantor PMI, Jakarta, Kamis (14/9).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pelaksana Harian Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Ginandjar Kartasasmita (kanan), bersama Presidium Mer-C Sarbini Abdul Murad menyampaikan keterangan pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Myanmar di kantor PMI, Jakarta, Kamis (14/9).

REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINE -- Pembangunan Rumah Sakit (RS) Indonesia terus berlanjut dalam rangka memberikan bantuan jangka panjang untuk masyarakat korban konflik di Rakhine State, Myanmar. Pembangunan RS Indonesia dilakukan di Myaung Bwe, Mrauk U, Rakhine State.

Site Manager RS Indonesia, Nur Ikhwan Abadi melaporkan, pekerjaan pembangunan bangunan utama RS Indonesia berukuran sekitar 2.100 m2 saat ini dalam tahap penggalian fondasi. Penggaliannya sudah mencapai lebih dari 50 persen.

"Progress penggalian fondasi rumah sakit sudah lebih dari 50 persen, lebih dari 100 pondasi sudah selesai dari 200 pondasi yang direncanakan, fondasi yang sudah dicor sampai dengan hari ini mencapai 10 titik," kata Ikhwan kepada Republika melalui keterangan tertulis, Kamis (14/12).

Ia menerangkan, para pekerja lokal yang terdiri dari umat Muslim dan Buddha saat ini masih terus merakit besi-besi untuk pondasi. Galian pondasi dan pengecoran lantai kerja (lean conrete) untuk lubang pondasi sudah selesai.

Mengenai kendala di lapangan, Ikhwan menjelaskan, sampai saat ini tidak ada kendala berarti dalam proses pembangunan RS Indonesia di Rakhine, baik material maupun hal lainnya. Sepekan yang lalu besi-besi sudah datang tujuh ton. Batu dan pasir juga baru datang 10 truk.

Ia menyampaikan, memang sempat ada informasi temuan tiga bom di Mrauk U beberapa hari sebelumnya. Satu bom sempat meledak, menargetkan salah seorang menteri saat sedang lewat di Mrauk U. Namun, hal ini tidak mempengaruhi proses pembangunan RS Indonesia.

"Karena adanya informasi bom tersebut, memang kami sempat didatangi petugas keamanan setempat untuk ditanya identitas dan izin, namun Alhamdulillah kejadian ini tidak mengganggu proses pembangunan, pembangunan RS Indonesia tetap berjalan," ujarnya.

Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) menyampaikan, Nur Ikhwan Abadi (Site Manager) bersama Ahmad Fauzi (Site Engineer), keduanya adalah insinyur yang ditugaskan untuk mengawasi pembangunan RS Indonesia di Rakhine State. Tugas mereka sampai pembangunan RS Indonesia selesai.

Para insinyur ini dipercaya untuk mengawal pembangunan RS Indonesia di Rakhine. Sebab, keduanya sudah berpengalaman dalam pembangunan RS Indonesia di wilayah perang Jalur Gaza, Palestina.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement