Jumat 15 Dec 2017 13:36 WIB

Ormas Buddha: Jakarta adalah Kota yang Toleran

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Agus Yulianto
 Sejumlah tokoh dan jamaah lintas agama melakukan aksi doa bersama di depan Istana Presiden, Jakarta (Ilustrasi)
Foto: Antara/Reno Esnir
Sejumlah tokoh dan jamaah lintas agama melakukan aksi doa bersama di depan Istana Presiden, Jakarta (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren SyoSyu Indonesia (NSI), Suhadi Sandjaja, menolak asumsi yang menyebut Jakarta sebagai kota paling tidak toleran di Indonesia. Pasalnya, dia melihat, realitas kehidupan beragama di ibu kota selama ini berjalan dengan rukun dan damai.

"Saya bisa memastikan masyarakat Jakarta adalah masyarakat yang toleran. Baik pada zamannya Ahok (Basuki T Purnama) maupun setelah pergantian kepemimpinan ke Pak Anies (Anies Baswedan)," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (13/12).

Dia mengatakan, sampai hari ini, tidak ada satu pun gangguan atau kendala yang dihadapi umat Buddha di Jakarta dalam mejalankan agama dan keyakinan mereka. Bahkan, ketika mengurus IMB (izin mendirikan bangunan) rumah ibadah mereka pun, umat Buddha di DKI tidak pernah merasa dipersulit.

Menurut dia, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi DKI Jakarta juga menjalankan fungsinya dengan baik. "Kami selaku umat Buddha belum pernah menemukan masalah intoleransi di Jakarta. Semua kegiatan selama ini berjalan baik-baik saja. Bahkan kalau boleh saya bilang, Pak Ahmad Syafii Mufid (ketua FKUB Provinsi DKI JakartaRed) itu adalah ketua FKUB paling teladan di Indonesia," ungkap Suhadi.

Pada 16 November lalu, Setara Institute merilis hasil penelitiannya terkait indeks kota toleran (IKT) di Indonesia sepanjang 2017. Hasil riset yang dilakukan antara November 2016 sampai Oktober 2017 tersebut menempatkan DKI Jakarta sebagai kota paling tidak toleran di negeri ini dengan perolehan skor hanya sebesar 2,30.

Dalam pemeringkatan IKT tahun ini, Jakarta memang turun dari peringkat ke-65 menjadi peringkat ke-94. "Skor toleransi Jakarta adalah yang terendah di Indonesia," ujar salah satu peneliti Setara Institute, Halili, kepada Republika.co.id.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement