REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren SyoSyu Indonesia (NSI), Suhadi Sandjaja, menolak asumsi yang menyebut Jakarta sebagai kota paling tidak toleran di Indonesia. Pasalnya, dia melihat, realitas kehidupan beragama di ibu kota selama ini berjalan dengan rukun dan damai.
"Saya bisa memastikan masyarakat Jakarta adalah masyarakat yang toleran. Baik pada zamannya Ahok (Basuki T Purnama) maupun setelah pergantian kepemimpinan ke Pak Anies (Anies Baswedan)," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (13/12).
Dia mengatakan, sampai hari ini, tidak ada satu pun gangguan atau kendala yang dihadapi umat Buddha di Jakarta dalam mejalankan agama dan keyakinan mereka. Bahkan, ketika mengurus IMB (izin mendirikan bangunan) rumah ibadah mereka pun, umat Buddha di DKI tidak pernah merasa dipersulit.
Menurut dia, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi DKI Jakarta juga menjalankan fungsinya dengan baik. "Kami selaku umat Buddha belum pernah menemukan masalah intoleransi di Jakarta. Semua kegiatan selama ini berjalan baik-baik saja. Bahkan kalau boleh saya bilang, Pak Ahmad Syafii Mufid (ketua FKUB Provinsi DKI JakartaRed) itu adalah ketua FKUB paling teladan di Indonesia," ungkap Suhadi.
Pada 16 November lalu, Setara Institute merilis hasil penelitiannya terkait indeks kota toleran (IKT) di Indonesia sepanjang 2017. Hasil riset yang dilakukan antara November 2016 sampai Oktober 2017 tersebut menempatkan DKI Jakarta sebagai kota paling tidak toleran di negeri ini dengan perolehan skor hanya sebesar 2,30.
Dalam pemeringkatan IKT tahun ini, Jakarta memang turun dari peringkat ke-65 menjadi peringkat ke-94. "Skor toleransi Jakarta adalah yang terendah di Indonesia," ujar salah satu peneliti Setara Institute, Halili, kepada Republika.co.id.