REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebuah jajak pendapat di Forum 2016 menemukan, bahwa 28 persen orang Kanada tidak menyukai umat Islam, dibandingkan dengan 16 persen orang yang tidak menyukai orang-orang Aborigin, yang tanahnya ditempati oleh orang-orang Eropa. Pada 2017, Angus Reid Insitute and Faith di Kanada menunjukkan bahwa 46 persen orang Kanada menegaskan bahwa Islam merusak Kanada.
Sementara 13 persen mengatakan, bahwa hal Islam bermanfaat. Satu-satunya kelompok agama lain yang tidak percaya di Kanada adalah orang Sikh. Yayasan Hubungan Ras Kanada, Asosiasi untuk Studi Kanada dan Perusahaan Broadcast Canadian , semuanya telah melaporkan bahwa lebih banyak jumlah orang Kanada khawatir dengan umat Islam.
Beberapa faktor nampaknya menjadi penyebabnya. Salah satunya, adalah perilaku beberapa Muslim di luar negeri, seperti Daesh (yang memproklamirkan diri sebagai kelompok Negara Islam) atau Al-Qaeda atau pelaku bom bunuh diri atau pembunuh yang membunuh orang-orang yang tidak bersalah, atau orang-orang yang mereka anggap menghina Islam, sambil menangis "Allahu Akbar".
Sementara pemimpin Kanada yang bertanggung jawab menegaskan, bahwa Islam adalah agama damai dan bahwa umat Islam paling menderita akibat terorisme. Beberapa pemimpin Kanada, seperti mantan Perdana Menteri Stephen Harper, tampaknya menyamakan terorisme dengan Islam. Harper bahkan menghindari menghadiri upacara kelompok utama Muslim, yang mengabdi kepada Kanada dengan dedikasi setiap hari.
Wujud kejahatan utamanya adalah Islamofobia. Berbicara atas nama kebebasan, mereka mengutuk Islam dan Muslim, serta bersikeras bahwa Muslim berusaha menerapkan peraturan Syariah pada semua orang Kanada. Hal ini dinilai tidak masuk akal. Karena umat Islam yang mungkin jumlahnya sekitar satu setengah juta di negara berpenduduk 35 juta itu, tidak mungkin memaksakan Syariah pada orang lain. Kebanyakan Muslim di Kanada adalah sekuler dan mematuhi hukum Kanada. Semua jajak pendapat menunjukkan, bahwa umat Islam menyukai Kanada sebagaimana adanya, dan tidak ingin tinggal di tempat lain.
Namun, Islamofobia telah menorehkan ketakutan tentang Islam dengan kedok kebebasan berbicara. Mereka kadang-kadang diundang oleh kelompok ekstremis seperti Liga Pertahanan Yahudi untuk mempromosikan kebencian. Terkadang, pihak berwenang melarang pembicara semacam itu dengan alasan bahwa mengkhotbahkan kebencian terhadap kelompok yang dapat diidentifikasi adalah sebuah kejahatan. Namun, hal itu tidak menghalangi orang-orang yang membenci untuk mencoba dan mencoba lagi.
Karena itu, Seorang pensiunan jurnalis sekaligus pegawai negeri sipi di Kanada, Mohammed Azhar Ali Khan mengatakan, sudah menjadi tanggung jawab Muslim sendiri untuk memperbaiki hubungan dengan sesama orang Kanada dan untuk memperbaiki citra Islam. Jajak pendapat juga menunjukkan, bahwa orang-orang Kanada yang memiliki kontak dengan umat Islam membentuk kesan yang lebih baik tentang Muslim dan Islam sebagai hasilnya.
Namun, orang-orang Muslim, seperti orang-orang Kanada lainnya, khawatir dengan tantangan kehidupan sehari-hari. Termasuk, memenuhi kebutuhan hidup, membesarkan anak-anak secara produktif, mencari nafkah dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Beberapa relawan untuk komunitas kerja, yang mungkin atau tidak, termasuk yang membantu organisasi dan masjid Muslim.
Sebagai pendatang baru di Kanada, umat Islam pada awalnya ingin memastikan bahwa anak-anak mereka mempertahankan agama dan budaya mereka sembari merangkul cara hidup orang Kanada. Kini, jumlah umat Islam telah berkembang dan tantangannya telah beralih ke kebutuhan untuk membantu orang-orang yang rentan di masyarakat. Misalnya, orang tua, janda, orang yang sakit mental, pemuda terjebak pada kejahatan, narkoba dan ekstremisme, penyandang cacat, korban Alzheimer dan sebagainya.
Beberapa umat Muslim juga mengembangkan hubungan antaragama dengan orang-orang Kanada dari agama lain, dan mendiskusikan nilai-nilai bersama mereka. Akan tetapi, kebutuhan saat ini juga menekankan pada kerja sama untuk mempromosikan hak asasi manusia bagi semua orang Kanada dan untuk mengembangkan hubungan dengan kelompok hak asasi manusia. Kelompok Muslim dinilai lamban dalam melakukan penyesuaian ini.
Penekanan mereka umumnya adalah membangun dan memelihara masjid. Mereka umumnya tidak berpikir untuk melayani masyarakat secara memadai dan mengembangkan ikatan yang lebih dekat dengan orang-orang Kanada lainnya. Karena itulah, Ali Khan menekankan perlunya adanya pendekatan baru untuk memenuhi kebutuhan spiritual dan temporal umat Muslim di Kanada dewasa kini. Ia meyakini, perubahan itu muncul walaupun perlahan.