Rabu 20 Dec 2017 00:24 WIB

Din: Pancasila dan Islam Miliki Kesamaan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Agung Sasongko
Din Syamsuddin
Foto: Istimewa
Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Prof. Din Syamsuddin menyatakan jika dunia memeprtimbangkan Pirinsip Jalan Tengah yang diterapkan oleh Indonesia.

Prof Din dalam Diskusi Meja Bundar di Oxford Centre for Islamic Studies, Universitas Oxford, Inggris, Senin (18/12) menyatakan jika Islam dan Pancasilamemang kategori yang berbeda, Islam merupakan agama berdasarkan wahyu Tuhan dan Pancasila sebagi ideologi buatan manusia. Namun keduanya ternyata memiliki kesamaan sebagau prinsip Jalan Tengah.

Dalam pemaparan "The Middle Path: Islam and Pancasila for the World Civilization" menjelaskan jika kesamaan itu sebab Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai Islam dalam lingkup kehidupan bernegara. Sebagai agama wahyu terakhir Islam membawa prinsip kesempurnaan wahyu keseimbangan, dan kemaslahatan kemanusiaan.

Guru Besar Pemikiran Politik Islam FISIP UIN Jakarta ini menjelasakn, Prinsip Jalan Tengah Islam (wasathiyah), yang menjadikan umat Islam sebagai Umat Tengahan (ummatan wasathan), menekankan prinsip keseimbangan, moderasi, toleransi, dan anti ekstrimitas. Begitu pula Pancasila yang dijelaskan dengan adanya nilai keseimbangan antara orientasi ketuhanan dan kemanusiaan.

"Jalan Tengah Pancasila menjelma pada paradigma politik yang menekankan permusyawatan untuk adanya kesepakatan; dan paradigma ekonomi yang tidak kapitalistik dan tidak sosialistik," kata Prof Din melalui siaran pers yang diterima, republika.co.id, Selasa (19/12).

Wawasan Jalan Tengah ini, menurut Mantan Ketua PP Muhamadiyah, sangat cocok buat peradaban dunia yang rusak beberapa waktu belakang lantaran terjebak ke dalam ekstrimisme. Sistem Dunia selama ini sangat berwajah antroposentristik, yakni menjadikan manusia sebagi pusat kesadaran, dan kurang berwajah teosentristik yaitu menjadikan Tuhan sebagai pusat kesadaran. 

Akibatnya, peradaban manusia sepi dari nilai-nilai etika dan moral.Secara tidak langsung, jika terus menggunakan konsepantroposentristik menciptakan berbagai bentuk ketiadaan damai, seperti kemiskinan, kebodohan, ketakadilan, kerusakan lingkungan hidup, dan berbagai bentuk kekerasan.

"Wawasan Jalan Tengah dapat menjadi solusi. Perlu ada perubahan Sistem Dunia dan sistem-sitem turunannya ke arah yg berorientasi Jalan Tengah, yakni menekankan keseimbangan, keadilan, dan kemaslahatan kemanusiaan," kata Prof Din.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement