Kamis 21 Dec 2017 07:49 WIB

Ekspor Indonesia ke Afrika Barat Melonjak

Rep: Lida Puspaningtyas / Red: M.Iqbal
Aktivitas bongkar muat ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (20/10).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Aktivitas bongkar muat ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID,ABUJA -- Nilai ekspor Indonesia ke Afrika Barat melonjak melampaui target pemerintah. Menurut data perdagangan Indonesia ke-11 negara Afrika Barat yang terakreditasi pada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Abuja, Nigeria, peningkatan mencapai dua kali lipat. "Kenaikan ekspor mencapai 20,7 persen," kata Duta Besar RI Abuja, Harry Purwanto, dalam rapat akhir tahun evaluasi kinerja KBRI Abuja, Selasa (19/12) di Abuja, Nigeria.

Hingga Oktober 2017, kinerja ekspor nonmigas Indonesia mencapai lebih dari 779 juta dolar AS. Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan RI, kinerja ekspor produk Indonesia ke Afrika Barat meningkat pada sembilan negara. Penurunan terjadi pada dua negara, yakni Kamerun dan Niger.

Berdasarkan penelusuran KBRI, penurunan kinerja ekspor produk Indonesia di Kamerun dan Niger disebabkan meningkatnya barang impor dari Indonesia yang masuk melalui negara ketiga. Di Niger misalnya yang tidak memiliki perbatasan dengan laut. 

Sehingga selama ini para importir mengandalkan distributor besar di kawasan Afrika Barat yang terletak di Nigeria dan Benin. "Tidak heran apabila di sejumlah pusat bisnis, barang produk Indonesia, terutama consumer goods, masih banyak ditemui di Niger dan Kamerun," kata Harry dilansir siaran pers KBRI Abuja yang diterima Republika, Kamis (21/12).

Ia mengatakan produk Indonesia sangat dikenal masyarakat setempat sebagai produk yang berkualitas dengan harga terjangkau. Sehingga sangat menarik bagi pasar Afrika. 

Selain dari sisi jumlah ekspor, meningkatnya perdagangan Indonesia dengan Afrika Barat juga tercermin dari semakin banyaknya line of business antara pengusaha Indonesia dan Afrika Barat. Tidak hanya pada produk konvensional seperti makanan ataupun obat-obatan, tapi juga produk industri strategis Indonesia seperti kereta api, kapal terbang, dan peralatan militer, serta sektor pertambangan.

Setidaknya sekitar 47 perusahaan Indonesia telah memiliki kantor perwakilan ataupun distributor utama di kota Lagos, Nigeria. Di bulan ini, PT KAI (persero) dan PT Timah Tbk. tercatat telah menandatangani kerja sama dengan partner lokal di Nigeria dengan nilai potensi kerja sama sekitar 100 juta dolar AS.

Potensi ekonomi di 11 negara akreditasi KBRI Abuja tersebut memang cukup besar. Dengan total jumlah penduduk sekitar 300 juta jiwa dan akumulasi GDP sekitar 650 miliar dolar AS, kawasan Afrika Barat dapat diandalkan untuk menjadi pasar nontradisional Indonesia.

Hal ini juga diperkuat dengan stabilnya pertumbuhan ekonomi serta semakin suburnya praktik demokrasi yang sehat di kawasan tersebut. Oleh karena itu, Harry meminta dukungan dari segenap pihak, baik pemerintah maupun swasta untuk tidak ragu dalam berbisnis dengan Afrika. Ia juga mengajak agar segenap pelaku bisnis memanfaatkan momentum kali ini sebelum Afrika Barat dibanjiri oleh produk dari negara lain.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement