REPUBLIKA.CO.ID, KOTA BEKASI -- Bus-bus besar mengantre keluar terminal induk Kota Bekasi, mengantarkan penumpangnya menuju ke tujuannya masing-masing. Keadaan terminal pada Ahad (24/12) siang, tak begitu ramai.
Padahal saat ini telah memasuki libur panjang Natal dan Tahun baru 2018. Dari kejauhan dua orang laki-laki tampak duduk bersantai berbincang. Di sisi kanan dan kirinya juga tampak banyak orang yang sedang menunggu bus untuk berangkat.
Seteguk kopi ditelan oleh Eman Sulaeman, salah satulaki-laki yang sedang berbincang itu. Laki-laki asli Sunda itu sedang menunggu bus menuju ke Kabupaten Bogor, tempat ia akan melanjutkan perjalanannya ke Sukabumi, Jawa Barat. "Masih menunggu, padahal sudah setengah jam lewat dari jadwalnya," ujarnya.
Laki-laki yang tinggal di Bekasi itu telah tiga tahun menetap di Kota Bekasi. Setiap satu hingga dua kali dalam satu bulan, ia kembali ke kampungnya untuk menengok istri dan satu putranya. Sehingga, tak jarang ia menggunakan terminal induk Bekasi sebagai tempat untuk berangkat menggunakan bus.
Salah satu hal yang ia keluhkan setiap datang ke terminal induk Kota Bekasi adalah soal jadwal. Ia mengakui jadwal keberangkatan bus tak pernah tepat waktu sesuai dengan jadwalnya. "Tidak pernah bisa diprediksi, kadang tepat waktu kadang molor sampai lama sekali," ujarnya.
Laki-laki berusia 40 tahun itu pun menjadi terbiasa dengan keadaan itu. Sehingga ia tak pernah mengandalkan dan selalu pasrah bila memang jadwal keberangkatan tak pernah tepat waktu. Ia juga menerima keadaan-keadaan lain di terminal itu, seperti tak beraturannya mobil-mobil angkutan umum yang bisa seenaknya masuk keluar terminal.
"Seharusnya mereka (angkutan) bisa diatur, kapan boleh masuk, kapan //engga. Atau diberi ruang khusus bagi mereka, agar di dalam terminal itu lebih rapi lagi," katanya. Ia juga sekarang merasa biasa dengan keadaan para pengojek atau motor-motor yang berlalu lalang keluar masuk terminal tanpa halangan.
Hal yang sama juga diutarakan oleh Sudiman (44). Laki-lakiyang saat itu baru sampai ke Kota Bekasi itu juga mengeluhkan soal padatnya dan semrawutnya terminal induk Bekasi yang dipadati oleh tak hanya bus, namun juga angkutan umum dan ojek. "Terlalu semrawut, seharusnya bisa diatur, misalnyaojek tak boleh masuk atau angkutan diarahkan ke tempat yang lain," ujarnya.
Laki-laki yang tinggal di Cilacap Jawa Tengah itu, akan mengunjungi saudaranya di Kota Bekasi. Ia pun menyadari saat ini luasan terminal kurang bisa menampung banyaknya jumlah bus yang berlalu lalang dan transit di terminal itu. "Seharusnya nambah lahan lagi ya, tapi ya ini sepertinya sudah mentok, mau nambah dimana lagi," katanya.
Laki-laki yang kesehariannya bekerja di Pulau Kalimantan itu juga menyebut, ia adalah salah satu penumpang korban operan bus dari Cilacap. "Saya tadi dioper di suatu daerah, saya lupa daerah mana, tapi di situ kami dioper kebus yang menuju ke Bekasi. Bus sebelumnya lantas pergi menjemput trayek yang lebih ramai lagi, sepertinya," tuturnya.
Hal itu, tentu saja menjadi sebuah hal yang tak membuatnya nyaman dalam perjalanannya ke Kota Bekasi. Padahal sebelumnya, ia sebagai penumpang dan sopir telah mengikat janji untuk tidak dioper ke bus lain.
Selain itu, laki-laki yang akrab disapa Diman itu yang mengeluhkan kurangnya fasilitas kanopi di terminal. Ia sering kerepotan bila harus turun dari bus dalam keadaan hujan. "Kalau hujan, kita kerepotan karena pasti kena hujan.Padahal kan bawaan kita banyak, kalau hujan ya pasti basah kuyup," katanya.
Ia pun merasa bila ada fasilitas kanopi dalam terminal, akan sangat membantu para penumpang yang akan turun dari bus, apalagi bila cuaca sedang hujan. "Kalau ada kanopi kan tak basah, kitanya juga enak bisa turun dengan nyaman," ujarnya.
Baik Eman dan Diman menginginkan beberapa perubahan sebagai wajah baru bagi terminal induk Kota Bekasi. Eman menyebut selama tiga tahun ia menggunakan terminal, belum ada sedikit pun perubahan dan perbaikan yang baru di dalam terminal. Sesekali diperbaharui, sehingga ada wajah baru bagiterminal Kota Bekasi, ujar Eman, disusul Diman mengangguk.
Mereka pun kembali menuju ke perjalanannya masing-masing. Eman menaiki bus berwarna hijau yang ada di depan tempat ia berbincang tadi sehabis meneguk tetes terakhir kopinya. Sementara, Diman berjalan menuju pintu keluar terminal induk untuk menaiki ojek menuju ke kediaman saudaranya.