Kamis 28 Dec 2017 15:33 WIB

Kemenkes Sebut Terompet Berpotensi Tularkan Difteri

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Andi Nur Aminah
Pedagang mengecek suara terompet kertas yang sudah jadi di Kawasan Glodok, Jakarta, Rabu (27/12).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Pedagang mengecek suara terompet kertas yang sudah jadi di Kawasan Glodok, Jakarta, Rabu (27/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan, adanya potensi penularan penyakit difteri melalui terompet. Sebab, penyakit difteri dapat ditularkan melalui percikan ludah, bahkan hembusan nafas.

Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Elizabeth Jane Soepradi mengatakan, percikan ludah tersebut bisa keluar ketika seseorang meniupkan terompet. Dan orang tersebut pun, tidak bisa dipastikan bebas dari penyakit difteri.

"Terompet tentu bisa (menularkan difteri). Karena penularan difteri itu umumnya melalui percikan ludah, juga udara. Karena difteri itu menyerang selaput lendir pada hidung sampai tenggorokan," kata Jane kepada Republika.co.id, Kamis (28/12).

Untuk itu, dia mengimbau masyarakat lebih berhati-hati terhadap potensi penularan penyakit difteri tersebut. Dia juga meminta, pemerintah dan semua pihak bersikap proaktif, menyosialisasikan pencegahan difteri kepada semua masyarakat. "Terompet itu kan tiupannya keras, jadi ya masyarakat harus hati-hati. Nanti ada yang menderita difteri lalu percikan ludahnya nyemprot-nyemprot," tegas dia.

Saat ini, dia melihat adanya peningkatan kesadaran dari masyarakat terkait penyakit difteri. Hal itu terjadi karena gencarnya sosialisasi dan imbauan Kemenkes melalui media sosial dan media mainstream.

Namun sayangnya, kesadaran tersebut didominasi oleh masyarakat menengah ke atas. Masyarakat di pedesaan atau menengah ke bawah, tingkat kesadaran dan pengetahuan tentang difteri masih sangat minim. Karena itu, dia mendorong agar semua pihak terus proaktif, dengan mengecek dan mensosialisasikan kepada masyarakat di daerah secara langsung. Dengan begitu, mereka bisa lebih berhati-hati.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement