REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di sebuah pusat kebudayaan Syiah dan kantor berita Afghanistan di ibu kota Kabul, pada Kamis (28/12). Saat itu ada tiga ledakan yang terdengar.
Seperti dilansir di Aljazirah, ISIS mengklaim bertanggung jawab dalam sebuah pernyataan daring (online). Serangan ini merupakan serangan terbaru ISIS yang menargetkan Syiah di Afghanistan.
Saksi mata mengatakan, ledakan terjadi dalam sebuah acara diskusi pagi pada perayaan ulang tahun invasi Uni Soviet ke Afghanistan. Banyak siswa yang hadir dalam acara yang diadakan di Pusat Sosial dan Budaya Tabian itu.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Afghanistan, Ismail Kawosi, mengatakan 41 orang dinyatakan tewas. Sementara 48 lainnya dilaporkan luka-luka.
Banyak korban yang terjebak di bawah puing-puing reruntuhan bangunan kantor berita. Sementara jendela di lantai dua bangunan itu sudah hancur berantakan. Orang-orang yang berlari ke luar setelah ledakan awal, yang disusul oleh dua ledakan lanjutan.
Wakil Menteri Kesehatan Afghanistan, Feda Mohammad Paikan, mengatakan 35 jenazah telah dibawa ke rumah sakit Istiqlal terdekat. Laporan televisi setempat menunjukkan banyak korban yang menderita luka cukup serius.
Juru bicara Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan serangan itu merupakan kejahatan yang tidak dapat diampuni terhadap kemanusiaan. Kantor kepresidenan berjanji untuk menghancurkan kelompok teroris.
Sementara juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengeluarkan sebuah pernyataan di jejaring sosial Twitter yang menolak keterlibatannya. Didukung oleh serangan udara AS, pasukan Afghanistan telah memaksa Taliban kembali ke sejumlah daerah dan mencegah setiap pusat kota besar jatuh ke tangan pemberontak.
Namun, serangan-serangan di kota-kota besar terus berlanjut karena militan mencari cara lain untuk mengurangi kepercayaan masyarakat pada petugas keamanan. ISIS, yang menentang Taliban dan pemerintah yang didukung Barat, telah mengklaim sebagian besar dari serangan tersebut.
"Serangan mengerikan ini menggarisbawahi bahaya yang dihadapi warga sipil Afghanistan. Dalam serangan mematikan yang tercatat, wartawan dan warga sipil terus-menerus menjadi sasaran kelompok bersenjata," kata Direktur South Asia Amnesty International, Biraj Patnaik.