Selasa 02 Jan 2018 14:20 WIB

JK Pastikan Tahun Politik tak Ganggu Stabilitas Ekonomi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
 Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan sambutan saat pembukaan perdagangan saham 2018 di BEI, Jakarta, Selasa (2/1).
Foto: Republika/ Wihdan
Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan sambutan saat pembukaan perdagangan saham 2018 di BEI, Jakarta, Selasa (2/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla memastikan, tahun politik tidak akan mengganggu stabilitas pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Menurutnya, tidak ada bukti selama tiga kali tahun politik terjadi kerusuhan dan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Orang selalu bilang tahun politik ada ini, itu. Tidak ada bukti bahwa selama tiga kali tahun poltik ada kerusuhan, tidak sama sekali, itu hanya pikiran-pikiran masa lalu," ujar Jusuf Kalla saat membuka perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Selasa (2/1).
 
Menurut Jusuf Kalla, sistem kampanye pada masa kini dan masa dahulu sudah berbeda. Dahulu, kampanye dilakukan dengan mengumpulkan masa di lapangan dan di jalan. Sedangkan, pada masa kini kampanye tidak lagi di jalan melainkan melalui media sosial.
 
"Jadi berbeda tahun politik yang lalu dengan yang sekarang, jadi InsyaAllah tidak terjadi benturan-benturan," kata Jusuf Kalla.
 
Tak hanya itu, menurut Jusuf Kalla, kondisi politik global yang memanas di sejumlah wilayah tak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. Memang, pasar ekspor bisa terpengaruh namun Indonesia memiliki pasar yang besar.
 
"Kalau terjadi masalah di negara-negara minyak, biasanya harga minyak akan naik, kalau minyak naik harga batu bara biasanya ikut naik. Jadi semua faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi pasti baik," ujar Jusuf Kalla.
 
Sejauh ini, indikator pertumbuhan ekonomi masih positif. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih belum sesuai harapan dan tertinggal dari negara lainnya. Jusuf Kalla masih mempertanyakan masalah yang terjadi dalam pertumbuhan ekonomi, apakah anomali atau pencatatan data.
 
"Jadi mungkin nanti kita diskusi panjang dengan BPS (Badan Pusat Statistik), sebenernya tinggal cara menghitung. Kenapa negara yang lain itu lebih tinggi daripada kita padahal indikator dalam negeri kita positif untuk suatu perubahan-perubahan ekonomi," kata Jusuf Kalla.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement