REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kepala Balai TNGR Agus Budi Santosa mengatakan, 2017 menjadi role model untuk manajemen pendakian dalam mewujudkan pendakian yang aman dan nyaman.
Taman seluas 41.330 Ha berada di tiga kabupaten yakni Kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Lombok Utara. Kawasan TNGR sendiri menjadi bagian dari pengusulan Unesco Global Geopark dan Cagar Biosfer. "Tahun 2017 menjadi tahun menjadi titik awal guna mewujudkan pendakian yang amandan nyaman," ujar Agus di Mataram, NTB, Senin (8/1).
Selama tahun lalu, Balai TNGR menggelar sejumlah upaya peningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan guna meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan TNGR, antara lain pelatihan dasar pemandu gunung, baik guide dan porter. Sertifikasi profesi guide, penyusunan masterplan pengelolaan sampah, pembuatan aplikasi booking online, penerapan asuransi pendakian jika terjadi kecelakaan pengunjung, pembentukan tim evakuasi kecelakaan pendakian, pembangunan sistem pengawasan pengunjung dan sebagai peringatan dini bila terjadi bencana via CCTV serta pelaksanaan aksi bersih dengan sistem mobile clean up dan standby clean up.
Agus menyampaikan, selama 2017 kasus kecelakaan pengunjung tercatat 55 kecelakaan dengan 38 kasus terjadi di Jalur Sembalun dan17 kasus di Jalur Senaru, di mana tiga pengunjung meninggal dunia. Jumlah ini meningkat cukup signifkan dibanding 2016 yang sebanyak 11 kasus dengan dua meninggal dunia, dan 2015 sebanyak enam kasus dengan satu meninggal dunia.
"1 April 2017 Balai TNGR memberlakukan asuransipendakian bekerja sama dengan PT Asuransi JiwaSyariah Amanah Githa," lanjut Agus.
Dari segi kunjungan, lanjut Agus, terdapat kenaikan dari wisatawan mancanegara (wisman), sedangkan wisatawan nusantara (wisnus) mengalami penurunan kunjungan. Selama 2017, Balai TNGR dikunjungi 39.659 wisman dan 43.120 wisnus. Sedangkan 2016 tercatat sebanyak 30.847 wisman dan 62.171 wisnus.
Selain itu, semakin populernya Rinjani membuat bertumbuhnya jumlah penyedia jasa trekking operator, pemandu wisata, akomodasi hingga desa wisata. Pada 2000, hanya ada 22 trekking operator, 290 pemandu gunung, dan 20 akomodasi.
"Nah, pada 2017 itu naik. Ada 1.059 pemandu gunung, 94 trekking operator, 82 akomodasi, dan lima desa wisata," kata Agus menambahkan.