REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah masih menunggu hasil panen Januari-Februari 2018 untuk menambah stok beras. Keputusan ini ditetapkan berdasarkan hasil rapat terbatas yang dipimpin oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla.
Rapat tersebut dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Turut hadir juga Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, berdasarkan laporan dari Menteri Pertanian Amran Sulaiman, saat ini memang ada panen. Namun karena musim hujan kemungkinan hasil produksinya tidak sesuai harapan.
"Kita perlu waktu 1-2 minggu ini untuk mengetahui seperti apa potensinya di Februari dan Maret," ujar Darmin ketika ditemui di Kantor Wakil Presiden, Selasa (9/1).
Darmin menjelaskan, penanaman padi biasanya dilakukan pada musim hujan yakni sekitar Oktober dan November. Usia tanaman padi sampai siap panen yakni sekitar tiga bulan. Sehingga pada Januari ini, sebagian lahan akan mulai panen. Pemerintah memastikan sekitar Februari akan ada panen besar untuk menambah stok beras.
"Mungkin sebagian akan mulai panen pada Januari dan akan lebih banyak di Februari-Maret. Puncaknya itu sendiri biasa terjadi Maret-April," kata Darmin.
Adapun untuk mengendalikan harga beras, pemerintah telah memerintahkan Bulog melakukan operasi pasar. Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, potensi panen pada Januari sekitar 300 ribu ton. Sedangkan, potensi panen pada Februari sekitar lebih dari 4,9 juta ton. Menurut Amran, pada Februari diperkirakan akan terjadi surplus panen sekitar 3 juta ton.
"Hitungannya sederhana, umur padi 3 bulan yakni Oktober, November, Desember. Kemudian, Januari ada panen," ujar Amran.
Amran menyebut, terdapat 17 provinsi yang akan melakukan panen mulai Januari. Dari jumlah tersebut 70 persen berada di Pulau Jawa. Sementara itu, untuk mengantisipasi lonjakan harga beras, pemerintah berkomitmen melakukan operasi beras melalui Bulog.
Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, stok beras yang berada di Bulog saat ini sekitar 930 ribu ton. Menurutnya, Bulog berkomitmen tetap melakukan operasi pasar untuk menjaga harga beras di masyarakat.
Diketahui, pada periode Oktober-Desember 2017, Bulog juga sudah melakukan operasi pasar untuk beras. Sebanyak 53.241 ton beras medium telah dilepas ke pasar.
Namun begitu, upaya tersebut belum juga mampu meredam gejolak harga. Karenanya, pemerintah akhirnya memutuskan untuk kembali melakukan operasi pasar secara masif dengan memperluas area jangkauan.
Harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang pada Januari 2018 tercatat menyentuh titik tertinggi sejak 2016.Berdasarkan data perkembangan harga di pibc.foodstation.co.id, harga rata-rata beras pada Januari 2018 berada di level Rp 11.015 per kilogram. Angka itu jauh lebih tinggi dibanding harga pada Januari 2017 dan Januari 2016.
Pada Januari 2017, harga rata-rata beras hanyaRp 9.506 per kilogram. Sementara, pada Januari 2016 harga rata-rata beras berada di kisaran Rp 9.710 per kilogram