Rabu 17 Jan 2018 18:30 WIB

Cara Imam Bukhari Tentukan Generasi Ulama

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Kitab Kuning
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Kitab Kuning

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dikutip dari Ensiklopedi Islam 1, cara Imam Bukhari menentukan generasi ulama juga lebih ketat. Para ahli hadis mengklasifikasi generasi ulama, seperti murid-murid az-Zuhri, kedalam lima kelompok. 

Dalam kitab Shahih Bukhari, banyak pula hadis sahih yang bersumber dari murid az-Zuhri. Adapun kelima kelompok itu adalah sebagai berikut. Pertama, perawi yang adil, kuat hafalan, teguh, dan telah lama menjadi murid az-Zuhri. Mereka antara lain Ibnu Uyainah, Uqail al-Ailiyyain, dan Sya'b bin Abi Hamzah.

Kedua, perawi yang tak terlalu lama menjadi murid az-Zuhri, tetapi juga adil dan kuat hafalannya. Mereka misalnya al-Awza'i, Lais bin Sa'ad, Nu'man bin ar-Rasyid, dan Abdurrahman bin Khalid. Ketiga, perawi yang lama menjadi murid az-Zuhri, tetapi punya sedikit cacat dalam hafalannya. Mereka umpamanya Sufyan bin Husain al-Aslami, Ja'far bin Barqan, Abdullah bin Umar bin Hafs al-Umari, dan Zam'ah bin Salih al- Makki.

Keempat, perawi yang tak lama menjadi murid az-Zuhri dan sedikit cacat dalam hafalannya. Misalnya, Ishak bin Yahya al- Kalbi, Mu'awiyah bin Yahya ash-Shadafi, Ishak bin Abdullah bin Abi Farwah al- Madani, Ibrahim bin Yazid al-Makki, dan al-Musanna bin Shabah.

Kelima, sekelompok orang yang lemah dan tidak dikenal (majhul) yang hadisnya hanya nasihat atau pendukung (syahid)  terhadap hadis lain. Misalnya yang diambil Abu Dawud, an-Nasa'i, dan at-Tirmizi. Terhadap kelima golongan ini, Imam Bukhari hanya mengambil kelompok yang pertama dan yang kedua. Kelompok yang kedua pun lebih jarang diambilnya. 

(Baca: Sejarah Karya Monumental Imam Bukhari)

(Baca Dulu: Butuh 16 Tahun Imam Bukhari Himpun Hadis)

(Baca Juga: Cara Imam Bukhari Telusuri Hadis)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement