Kamis 18 Jan 2018 00:05 WIB

Israel: Uni Eropa Harus Kutuk Pernyataan Abbas

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Palestina Mahmoud Abbas berbicara dalam pertemuan Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina di Ramallah, Ahad (14/1).
Foto: AP Photo/Majdi Mohammed
Presiden Palestina Mahmoud Abbas berbicara dalam pertemuan Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina di Ramallah, Ahad (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Wakil Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Hotovely meminta Uni Eropa mengutuk pidato Presiden Palestina Mahmoud Abbas ketika menghadiri pertemuan Dewan Pusat Palestina di Ramallah, akhir pekan lalu. Saat itu Abbas menyebut Israel sebagai negara proyek kolonial Eropa.

"Uni Eropa harus mengutuk pernyataan Abbas (yangmenyebut), bahwa Israel adalah proyek kolonial Eropa. Kata-kata Abbas dalam pidatonya kemarin merupakan gabungan antara kebohongan dan kecaman terhadap pemerintah Amerika Serikat (AS), patut mendapatkan kritik keras," kata Hotovely dilaporkan laman Asharq Al-Awsat, Rabu (17/1).

Ia menilai sudah selesai masanya Palestina mencari dukungan dari Eropa dan menuntut pengakuan sepihak. Uni Eropa harus bertindakadil terhadap Israel dalam tindakannya di wilayah ini dan memahami bahwa rakyat Palestina yang melanggengkan konflik dan menolak datang ke meja perundingan.

Dalam pidatonya akhir pekan lalu, Abbas menyemburkan kritik keras terhadap Israel dan AS. Ia menyatakan Israel merupakan sebuah negara yang menjadi proyek kolonial Eropa. Tujuan dibentuknya Israel, kata Abbas, adalah untuk melindungi kepentingan Eropa di wilayah tersebut.

Abbas juga mengatakan bahwa orang-orang Yahudi tidak memiliki pertautan apa-apa dengan tanah tempat berdirinya negara Israel saat ini. Pidato Abbas pun sempat ditanggapi Perdana Menteri Israel BenjaminNetanyahu di sela-sela kunjungannya ke India kemarin.

Netanyahu mengatakan pidato Abbas hanya akanmemperkeruh dan memperuncing situasi di wilayah antara kedua negara. "Tanpaperubahan dalam sikap yang diungkapkan Abbas, tidak akan ada kedamaian," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement