REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau umat Islam membantu mengatasi kesusahan warga Kabupaten Asmat, Papua, yang tengah didera kejadian luar biasa (KLB) malanutsiri dan campak. MUI menegaskan, membantu mereka-mereka yang dalam kesulitan adalah tugas semua orang beriman.
"Ayo masyarakat dan anak bangsa kita membantu mengatasi penderitaan saudara-saudara kita di Asmat. Tak bisa jadi orang Mukmin yang baik, tapi tidak membantu orang yang kelaparan," kata Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI, KH Cholil Nafis, Kamis (18/1).
Menurut Kiai Cholil, Nabi Muhammad SAW juga memerintahkan agar umat Islam membantu sesama. “Tidaklah beriman kepadaku, yaitu orang yang tidur dalam kondisi kenyang dan tetangga sekitarnya tidur dalam kondisi lapar, padahal orang (yang kenyang) itu tahu," ujar Kiai Cholil mengutip hadis yang disampaikan sahabat Rasulullah SAW, Anas bin Malik.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Marsudi Syuhud juga berharap semua umat termasuk pengurus NU di Papua, membantu memecahkan persoalan di Asmat. "Kalau sudah menyangkut kemanusiaan itu tidak usah dilihat siapa mereka, agamanya apa, keyakinannya apa, kepercayaannya apa," ujarnya. Meski begitu, ia juga menilai, kejadian luar biasa tersebut juga mengindikasikan, selama ini pemerintah, khususnya di daerah, telah lalai.
Ketua Lembaga Khusus Dakwah (LDK) PP Muhammadiyah Muhammad Ziyad mengatakan, sudah semestinya sesama rakyat Indonesia saling menolong. "Kita mengimbau setiap ada saudara-saudara kita yang ada di belahan Bumi Pertiwi ini, jika ada yang mengalami musibah seperti ini, semua mesti saling menolong dan memberikan bantuan supaya bisa segera diatasi," ujarnya.
Sekretaris Muhammadiyah Disaster Manajemen Center (MDMC), Mashuri Masyhuda menambahkan, setelah muncul kabar soal kejadian di Asmat, pihaknya langsung berkoordinasi dengan MDMC Papua. "Kita akan respons dan akan mengirimkan relawan ke sana. Yang sudah kita lakukan koordinasi dengan Muhammadiyah di Papua, bahkan sudah ada imbauan untuk melakukan penggalangan bantuan," kata dia.
Sementara itu, Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Albertus Patty mengingatkan agar gereja-gereja turut membantu masyarakat di Kabupaten Asmat. “Asmat bagian dari Indonesia. Krisis pangan di Asmat itu musibah kita semua," kata Patty.
Ia pun mengingatkan pemerintah, khususnya Pemprov Papua, memperhatikan masyarakat yang tinggal di pelosok. Selain itu, menurut Albertus, pemerintah juga harus memperbaiki manajemen kesehatan dan melakukan pengawasan terhadap kinerja Dinas Kesehatan, sehingga tidak ada lagi korban meninggal.
Dalam rapat koordinasi Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan malanutrisi di Agats, Kabupaten Asmat, Rabu (17/1) malam, disimpulkan bahwa kasus campak belakangan bermula di Kampung Asarta, Distrik Pulau Tiga, pada 23 Desember 2017. Dari daerah itu, penyakit menyebar ke distrik-distrik lainnya, seperti Suator, Aswi, Akat, Fiyid, Kolfbraza, Getsi, dan Siret.
Sejak itu, total pasien campak yang dirawat sudah mencapai lebih dari 500 orang. Hingga Kamis (18/1), sedikitnya 67 anak meninggal dunia. Rapat pada Rabu (17/1) malam diikuti pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Polda Papua, Kementerian Sosial, Pemkab Asmat, korem setempat, Kantor Staf Kepresidenan, dan Keuskupan Agats.
Menurut informasi dari Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Oscar Primadi, dalam rapat disimpulkan juga bahwa di antara pemicu KLB adalah kesulitan penduduk mengakses pelayanan medis karena kondisi geografis dan faktor ekonomi.
Kondisi geografis yang dimaksud adalah kontur wilayah yang berawa sehingga sukar diakses transportasi darat. Sedangkan dari faktor ekonomi, diketahui warga Asmat membutuhkan pertolongan untuk mendapatkan lapangan kerja sehingga bisa memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari.
Selain itu, ada juga resistensi masyarakat terhadap program vaksinasi yang dijalankan pemerintah. Warga enggan memvaksin kembali anak mereka setelah khawatir melihat anak-anak yang divaksin sebelumnya mengalami demam.
Rapat tersebut kemudian menyimpulkan sejumlah upaya penanganan dan pencegahan. Terkait kurangnya fasilitas dan tenaga kesehatan, dinilai perlu adanya pelayanan kesehatan keliling dan puskesmas apung. Program penugasan dokter baru ke Papua dengan kredit poin juga dinilai bisa membantu mengisi kekurangan tenaga medis. Selain itu, dinilai perlu juga membantu warga Asmat dengan bahan makanan bergisi serta pemenuhan kebutuhan obat-obatan.
(Pengolah: fitriyan zamzami).