REPUBLIKA.CO.ID, Hasil riset Institut Ilmu Alquran (IIQ) mencatat, sekitar 65 persen masyarakat Indonesia masih buta aksara Alquran. Tingginya angka itu terutama terdapat di daerah pedesaan atau di wilayah pelosok.
Direktur Utama PPPA Darul Quran, Muhammad Anwar Sani, mengatakan, jumlah penduduk Muslim Indonesia yang banyak dan tersebar di berbagai wilayah, membuat akses mereka terhadap pembelajaran Alquran tidak mudah. Saat ini, dia mengatakan, penyebaran guru-guru agama memang belum merata.
Dalam hal ini, dia mengatakan, Darul Quran telah berikhtiar dengan mendirikan rumah-rumah tahfiz di berbagai penjuru Indonesia. Namun itupun, menurutnya, masih kurang dan banyak yang masih belum bisa terakses oleh guru yang mengajar Alquran.
Selain itu, umumnya rumah tahfiz memberikan pendidikan Alquran bagi anak-anak atau tingkat pelajar. Sedangkan tingkat orang tua masih banyak yang belum bisa membaca alquran. Menurutnya, penyebaran guru yang mengajar orang tua ini memang masih belum merata. Karena itu, kata dia, dibutuhkan energi yang besar dan perjuangan dari semua pihak untuk saling mengajarkan Alquran.
Dalam upaya mendorong masyarakat membaca Alquran dan mengentaskan buta aksara Alquran, dia mengatakan Darul Quran terus bergerak dalam program pendidikan Alquran. Selain mendirikan rumah tahfiz, Darul Quran juga membentuk kaderisasi.
Menurutnya, kaderisasi itu dilakukan untuk membentuk guru-guru tahfiz atau penghafal Alquran. "Tidak semua orang yang hahfiz Alquran bersedia untuk mengajar Alquran. Karena itu, Darul Quran menyiapkan kader guru tahfiz," kata Anwar, saat dihubungi Republika.co.id.
Anwar mengatakan, Darul Quran memiliki enam Pesantren Takhassus yang dibentuk untuk menyiapkan siswa menjadi kader guru tahfiz. Pesantren tersebut bebas biaya atau memberikan beasiswa penuh bagi siapa yang saja yang ingin mempelajari Alquran.
Tahun ini, Anwar mengatakan pihaknya berencana untuk menambah delapan Pesantren Takhassus dengan target kurang lebih 1.000-2.000 santri. Yang mana, setelah lulus tiga tahun pendidikan, mereka bisa mengabdi di rumah-rumah tahfiz dan di berbagai tempat pengajaran Alquran.
Dalam program kaderisasi yang lain, Anwar mengatakan Darul Quran juga menyediakan beasiswa tahfiz Alquran (BTQ). Beasiswa tersebut diperuntukkan bagi mahasiswa yang belajar di berbagai universitas ternama di Indonesia. Menurutnya, ada 24 perguruan tinggi yang di dalamnya terdapat mahasiswa yang mendapatkan BTQ.
"Targetnya, suatu hari nanti mereka akan menduduki posisi-posisi penting di negeri ini dengan berbagai bidang. Bukan hanya pendidikan, tapi juga bidang lainnya. Kemudian, mereka akan juga mau terjun di masyarakat," lanjutnya.
Selanjutnya, Darul Quran menurutnya memiliki program pengiriman santri-santri dari daerah. Ia mengatakan, Darul Quran juga mendidik putra daerah dari berbagai wilayah di pesantren takhasus tersebut. Misalnya, beberapa santri dari Jailolo, Maluku utara, yang dikirim ke salah satu pesantran takhassus milik Darul Quran di Bogor untuk belajar Alquran. Setelah merampungkan pendidikan, mereka diharapkan akan mengabdi kembali di daerahnya masing-masing.
Anwar mengatakan, target untuk menciptakan rumah tahfiz di berbagai tempat memerlukan perjuangan bersama-sama. Karena itu, dia mengatakan, Darul Quran mendorong nilai-nilai agar siapapun bisa mendirikan rumah tahfiz. Karena program rumah tahfiz yang didirikan oleh Darul Quran belum bisa menjangkau ke semua tempat.
Dalam hal ini, ia mendorong agar setiap masjid mendirikan rumah tahfiz. Gerakan itu menurutnya akan menjadi penyebaran rumah tahfiz yang luar biasa di Indonesia. Selain masjid, ia mengatakan majelis taklim juga bisa menjadi tempat penyebaran rumah tahfiz.
Tidak hanya itu, pihak perorangan, menurutnya, juga bisa mendirikan rumah tahfiz. Ia mengatakan, banyak pihak perorangan yang mendirikan rumah tahfiz dengan biaya operasional sendiri. Namun, kurikulum berasal dari Darul Quran. Terkait ini, Darul Quran menawarkan diri jika rumah tahfiz tersebut membutuhkan guru ngaji dari Darul Quran atau jika mereka ingin mengirimkan calon guru untuk dididik di Darul Quran.
"Ini adalah pola percepatan rumah tahfiz yang dilakukan Darul Quran. Targetnya agar setiap kota memiliki rumah tahfiz. Semoga semua masjid terdorong untuk mendirikan rumah tahfiz, baik itu di dalam, di luar, ataupun di rumah sekitar masjid," ujarnya.
Darul Quran sudah mencetak banyak santri wisudawan yang menghafal Alquran. Pada Oktober lalu, dia mengatakan, setidaknya sebanyak 95.888 santri telah diluluskan Darul Quran.
Selain berbagai program tersebut, Darul Quran juga membentuk program yang lebih memudahkan masyarakat dalam menjangkau pengajaran Alquran. Anwar mengatakan, terdapat program 'Quran Call', yang merupakan pola pembelajaran melalui handphone.
Menurutnya, program ini merupakan layanan belajar Alquran baik tahsin maupun tahfiz, yang dimulai dari pukul 5 pagi hingga pukul 10 malam. Terkait ini, ia mengatakan program tersebut menyiapkan guru tahfiz quran yang siap siaga untuk menerima setoran atau bacaan alquran dari para peserta dan kemudian mengoreksinya.
"Tercatat ada 39 ribu peserta Quran Call saat ini. Mudah-mudahan ini menjadi salah satu cara agar orang bisa belajar dan menghafal Alquran. Agar orang tidak tergantung pada guru, tapi tinggal angkat telepon," ujarnya.
Ia mengatakan, program ini merupakan layanan bebas biaya dan bisa diakses pada nomor 08001500311, yang merupakan nomor bebas pulsa. Dalam hal ini, Anwar mengatakan bahkan Darul Quran menanggung biaya layanan yang sebenarnya berbayar tersebut melalui dukungan dana yang diperoleh dari para donatur.
Selain itu, Anwar menambahkan bahwa Darul Quran tengah mengembangkan aplikasi 'One Quran'. Aplikasi tersebut merupakan pembelajaran Alquran dengan menggunakan video call. Sehingga, masyarakat bisa belajar Alquran kapan saja.
"Semangat untuk mempelajari Alquran harus dimiliki oleh siapapun. Karena tidak semua orang ingin belajar Alquran. Meskipun, terdapat banyak guru yang tersedia. Tugas kita bersama untuk menyadarkan siapapun, bahwa belajar Alquran itu adalah suatu keharusan," ujarnya.