REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman menyatakan kasus gizi buruk masih ada di wilayahnya meskipun jumlah penderitanya menurun.
Untuk menekan jumlah penderita gizi buruk, Sleman menggelar Sosialisasi Penanggulangan Stunting secara dini. Sosialisasi dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional ke-58.
Kepala Bagian Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Bambang Suharjana menjelaskan, latar belakang diselenggarakannya sosialisasi lantaran masih adanya masalah gizi baik yang terdapat di Kabupaten Sleman maupun nasional.
"Hasil riset kesehatan dasar nasional adanya bayi stunting ini masih menunjukkan angka yang tinggi, di tingkat nasional sekitar 37,2 persen, sedangkan di Sleman masih terdapat permasalahan terkait stunting data terakhir 11,9 persen," kata Bambang di Aula Rumah Dinas Bupati Sleman.
Selain itu, sosialisasi merupakan salah satu upaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pencegahan stunting secara dini. Sedangkan, tujuan khususnya merupakan peningkatan komitmen dan kerja sama lintas sektor di tingkat Kabupaten Sleman.
Lingkupnya, kata Bambang, baik lingkup kecamatan, desa dan meningkatan keterlibatan praktisi kesehatan, nonkesehatan dan mitra pembangunan penurunan stunting. Meski begitu, ia menyebut permasalahan gizi di Kabupaten Sleman tahun lalu menurun.
"Pada tahun sebelumnya (2015-2016) rata-rata berkisar 12 persen kasus stunting ini, artinya ini sudah ada penurunan lagi dengan perkiraan sekitar 6.000 balita mengalami stunting," ujar Bambang.
Nutrisionis Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Sri Mujianto memaparkan, sejumlah balita penderita stunting terdapat di lima kecamatan mulai Kecamatan Minggir, Seyegan, Moyudan, Prambanan sampai Kecamatan Kalasan. Menurutnya, beberapa faktor dapat menjadi penyebab terjadinya permasalahan gizi di suatu daerah. "Bisa kemiskinan, pola asuh, pendidikan dan kita belum tahu faktor mana yang paling berpengaruh," kata Mujianto.
Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun menjelaskan, permasalahan stunting ini tidak bisa diselesaikan pihak tertentu saja. Namun, perlu dukungan lintas program dan lintas sektoral.
Untuk itu, ia mengajak seluruh pihak dapat bersama-sama menekan kasus stunting serta permasalahan gizi lain di Kabupaten Sleman. Caranya, tentu dengan berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan sosial masyarakat sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing.
Selain itu, Muslimatun menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat, terutama para ibu yang sedang menanti kehamilan dan menjalani masa kehamilan. Tujuannya, agar dapat menjaga dan memenuhi nutrisi selama hamil agar meminimalisir kemungkinan permasalahan gizi. "Edukasi ini juga diharapkan berlanjut pada masa pemberian asi eksklusif enam bulan serta makanan pendamping asi yang sesuai dengan standar World Health Organization (WHO), sehingga harapannya masyarakat, khususnya para ibu teredukasi," ujar Muslimatun.